TIKTAK.ID – Pemerintah Ethiopia pada Kamis (25/11/21) memperingatkan Amerika Serikat agar tidak “menyebarkan informasi palsu” karena pertempuran dalam perang selama setahun di negara itu, sekarang semakin mendekat ke Ibu Kota, Addis Ababa, sementara ribuan orang melancarkan protes di luar Kedutaan AS dan Inggris.
Perang Ethiopia tidak hanya melawan kelompok bersenjata Tigray, di salah satu Negara Nagian, “tetapi juga melawan kolonialisme negara-negara Barat yang kuat”, kata Jubir Pemerintah Kebede Desisa, seperti yang dilansir Washington Post.
Sebagian besar orang Ethiopia marah pada minggu ini ketika Kedutaan Besar AS mengeluarkan pesan keamanan untuk memperingatkan warganya tentang kemungkinan serangan teroris di negara itu. AS juga telah berulang kali mengatakan kepada warganya untuk segera meninggalkan Ethiopia, memperingatkan tidak akan ada evakuasi ala Afghanistan jika kekacauan perang mencapai Ibu Kota.
Perdana Menteri Abiy Ahmed, yang mengumumkan pada minggu ini bahwa dia akan pergi ke medan perang untuk mengarahkan tentara, bahkan ia pernah menyebut konflik tersebut sebagai “operasi penegakan hukum” terhadap para pemimpin Tigray yang telah lama mendominasi Pemerintah Nasional sebelum pertikaian politik.
Sekarang dia menyebutnya sebagai “perang eksistensial” dan meminta dukungan sesama Afrika dalam perjuangan melawan intervensi negara-negara Barat.
“Saya di sini untuk memprotes kekejaman asing yang telah direncanakan untuk menjatuhkan kedaulatan Ethiopia,” kata salah satu pengunjuk rasa, Worku Taddesse, pada Kamis kemarin.
Puluhan ribu orang telah tewas dalam konflik yang meletus pada November 2020, dan hampir setengah juta orang di Tigray menghadapi kondisi kelaparan di bawah blokade Pemerintah selama berbulan-bulan.
Pasukan Tigray mengatakan mereka menekan Pemerintah Abiy untuk mencabut blokade dan juga menuntut Perdana Menteri lengser dari posisinya.
Pemerintah Ethiopia awal tahun ini menetapkan pasukan Tigray sebagai kelompok teroris, yang semakin memperumit upaya mediasi yang digagas oleh AS dan Uni Afrika untuk gencatan senjata.
Washington sempat memandang Ethiopia sebagai mitra keamanan vitalnya di Tanduk Afrika yang sedang bergejolak. Namun, hubungan itu kini memburuk selama perang setahun di Ethiopia melawan pemberontak yang sekarang mengancam akan bergerak ke Ibu Kota Addis Ababa.
Pada 5 November, Departemen Luar Negeri memerintahkan penarikan staf Kedutaan yang tidak penting di Ethiopia karena “konflik bersenjata, kerusuhan sipil, dan kemungkinan kekurangan pasokan”, dan beberapa misi diplomatik lainnya telah mengikutinya.
Minggu ini Kedutaan AS lebih lanjut membuat marah Pemerintahan Perdana Menteri Abiy Ahmed dengan memposting peringatan tentang potensi serangan teroris di Ethiopia.