TIKTAK.ID – Sebuah dokumen yang diajukan ke pengadilan Amerika menyebutkan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman mengirim pasukan pembunuh bayaran ke Kanada untuk menghabisi seorang mantan pejabat intelijen Saudi.
Rencana pembunuhan itu dilancarkan tak lama setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khasoggi di Turki, bunyi dokumen itu, tulis BBC.
Mantan intel yang menjadi target bernama Saad al-Jabri, tangan kanan Pangeran Mohammed bin Nayef, yang juga merupakan kunci utama dalam semua hubungan Arab Saudi dengan badan intelijen “Lima Mata” (Amerika, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru).
Saad melarikan diri ke pengasingan tiga tahun lalu. Kini dia berada di bawah perlindungan keamanan swasta di Toronto.
Plot itu diduga gagal setelah agen perbatasan Kanada curiga terhadap regu pembunuh ketika mereka berusaha memasuki negara itu di Bandara Internasional Pearson Toronto, tulis dokumen di pengadilan.
Dokumen 106 halaman itu menuduh Putra Mahkota Saudi berusaha untuk membungkamnya.
Saad mengatakan dirinya menjadi target karena memiliki “informasi yang memberatkan Putra Mahkota”. Termasuk dugaan korupsi dan mengawasi tim tentara bayaran pribadi bernama “Tiger Squad”.
Dokumen itu juga mengatakan bahwa Tiger Squad atau Pasukan Macan ini yang terlibat pembunuhan jurnalis Khashoggi, yang dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul, Turki pada 2018 lalu.
“Beberapa tempat menyimpan informasi yang lebih sensitif, menghina dan memberatkan terdakwa bin Salman lebih dari yang terpikirkan dan ingatan Saad – kecuali mungkin rekaman yang dibuat oleh Saad untuk mengantisipasi pembunuhannya,” kata dokumen itu.
“Itulah sebabnya terdakwa bin Salman menginginkannya mati, dan mengapa terdakwa bin Salman telah berupaya untuk menghabisinya selama tiga tahun terakhir”.
Setelah melarikan diri dari Arab Saudi menjelang “pembersihan” oleh putra mahkota yang sangat berkuasa pada tahun 2017, Saad melarikan diri ke Kanada melalui Turki.
Dia menuduh Mohammed bin Salman berulang kali mencoba membawanya pulang ke Saudi, bahkan mengirim pesan berbunyi: “Kami pasti akan menghubungi Anda”.
Kemudian, kurang dari dua minggu setelah pembunuhan Khashoggi, Saad mengatakan Pasukan Macan pergi ke Kanada dengan tujuan untuk mengeksekusinya.
Dokumen itu juga menyebutkan bahwa salah satu pria dalam rombongan Pasukan Macan adalah seorang pria yang dituduh memotong-motong Khashoggi dan mereka membawa dua tas alat forensik.
Namun, agen perbatasan Kanada “curiga” terhadap kelompok itu dan menolak mereka masuk setelah menginterogasi mereka, katanya.
“Bin Salman sebenarnya mengirim pasukan pembunuh ke Amerika Utara untuk membunuh Saad”, sebut dokumen itu.
Saad menuduh Putra Mahkota melakukan percobaan pembunuhan di luar hukum yang melanggar Undang-Undang Perlindungan Korban Penyiksaan Amerika dan melanggar hukum internasional.