
TIKTAK.ID – Menteri Ekonomi Prancis, Bruno Le Maire menarik kembali ucapannya setelah sebelumnya menyatakan deklarasi untuk “melakukan perang ekonomi dan keuangan total terhadap Rusia”. Ia kemudian mengakui bahwa bahasa yang digunakannya tidak pantas.
Berbicara kepada Franceinfo pada Selasa (1/3/22), Le Maire awalnya memuji tanggapan negaranya terhadap invasi Rusia ke Ukraina, mengklaim Paris akan “menargetkan jantung sistem Rusia” dan memastikan “rakyat Rusia juga akan membayar konsekuensinya” atas tindakan Presiden Vladimir Putin terhadap Ukraina, seperti yang dilansir RT.
“Sanksi itu efektif, sanksi ekonomi dan keuangan bahkan sangat efektif,” kata Le Maire, mengklaim “cadangan devisa Rusia mencair seperti salju di bawah sinar matahari,” karena “Rubel telah runtuh hingga 30 persen.”
“Kami akan menyebabkan ekonomi Rusia runtuh.”
Pernyataan Le Maire memicu kecaman dari Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia dan mantan Presiden Dmitry Medvedev. Ia kemudian menanggapinya di Twitter. Medvedev memperingatkan Prancis bahwa “perang ekonomi cukup sering berubah menjadi perang yang nyata”, mendesak Menteri Ekonomi Prancis untuk “menjaga lidahnya” dan retorika yang dia gunakan.
“Hari ini, beberapa menteri Prancis mengatakan bahwa mereka menyatakan perang ekonomi terhadap Rusia. Jaga lidahmu, tuan-tuan! Dan jangan lupa bahwa dalam sejarah manusia, perang ekonomi cukup sering berubah menjadi perang yang nyata,” cuit Medvedev di akun Twitternya.
Beberapa jam kemudian, Le Maire berusaha untuk mengklarifikasi pernyataannya, mengatakan kepada kantor berita Prancis AFP bahwa dia awalnya salah bicara dan penggunaan istilah “perang” bukanlah cara yang tepat untuk membahas tanggapan Pemerintahnya terhadap konflik Ukraina.
“Kami tidak sedang berperang melawan rakyat Rusia,” kata Le Maire kepada AFP pada Selasa, berusaha menenangkan ketegangan yang dipicu pernyataannya pada wawancara sebelumnya. Namun, sebuah tweet dari Le Maire yang membagikan ancamannya tentang “perang finansial terhadap Rusia” masih ada di akun Twitter menteri Prancis itu pada pukul 15:30 waktu setempat.
Amerika Serikat dan sekutunya telah melancarkan sanksi ekonomi termasuk terhadap bank sentral Rusia, oligarki dan pejabat, serta Presiden Vladimir Putin sendiri, dan melarang beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT, sebagai dampak dari krisis di Ukraina.