Sedangkan pada pekan ketiga dan keempat Maret, angkanya melonjak menjadi 4.300 pemakaman, dan pada April, angkanya menjadi 4.590 pemakaman.
“Jika CFR (case fatality rate/tingkat kematian) antara 5% sampai 10%, maka kasus yang sebenarnya mencapai 8 ribu atau 9 ribu. Maaf, mungkin sebesar 40 ribu hingga 80 ribu,” ucap Anies.
Anies menjelaskan, CFR diperoleh dengan membagi jumlah kematian dengan jumlah kasus. Ia mengasumsikan sekitar 4 ribu pemakaman sebagai kematian Covid-19 semua.
Baca juga: Heran Cara Nagih Pemprov DKI, Stafsus Sri Mulyani ke Anies: Tak Ada yang Mengemplang Utang!
Anies melanjutkan, bila CFR-nya 10%, maka kasus sebenarnya bisa mencapai 40 ribu kasus Covid-19, karena 10% dari 40 ribu adalah 4 ribu. Sementara jika CFR-nya 5%, maka kasus sebenarnya bisa mencapai 80 ribu kasus Covid-19, karena 5% dari 80 ribu adalah 4 ribu.
Tetapi Anies tidak menjelaskan lebih detail mengapa dirinya mengasumsikan sekitar 4 ribu pemakaman pada bulan Maret dan April itu sebagai kematian Covid-19 semua. Anies pun mengklaim dirinya tidak mempunyai bukti bahwa semua itu adalah Covid-19, namun dia heran dengan lonjakan pemakaman yang tercatat pada Februari ke Maret.
“Memang kita tidak bisa mengatakan itu adalah kasus Covid-19, tapi rata-rata layanan pemakaman sekitar 2.700 pemakaman per bulan, tiba-tiba melonjak menjadi lebih dari 4 ribu. Itu mencengangkan,” terangnya.