TIKTAK.ID – Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah menilai dan menjuluki Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai “Presiden kesepian”. Hal itu disampaikannya di depan Juru Bicara (Jubir) Presiden, Fajdroel Rachman.
Terkait 100 hari kerja Jokowi-Ma’ruf Amin, Fahri menyebut Jokowi tak memiliki cukup teman untuk berdikusi.
“Menurut saya Pak Jokowi kesepian. Saya terus terang melihat dia sangat independen ya,” ujar Fahri melalui tayangan YouTube Kompas TV, Kamis (30/1/20).
Fahri kemudian mengungkit periode pertama masa pemerintahan Jokowi pada 2014 hingga 2019 lalu. Menurutnya, saat periode yang lalu ada orang yang sangat dekat dengan Jokowi, namun orang itu ditendangnya begitu saja.
Lebih lanjut, Fahri justru menyinggung nama Fadjroel dan Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya alias Totok. Ia menyatakan seharusnya orang-orang seperti Fadjroel dan Totok yang menjadi teman berdebat Jokowi.
“Yang milenial-milenial itu dugaan saya agak gugup dia di depan Presiden,” kata Fahri.
Hal itu, lanjut Fahri, berdampak pada tak adanya masukan yang diberikan untuk Jokowi.
“Cuma simbolik, dan akhirnya dia tidak bisa memberi masukan pada Presiden,” ucapnya.
Ia mencontohkan dalam perkara Omnibus Law, Jokowi agak lama mengatur atau merekayasa tumpukan aturan tersebut. Menurut Fahri, hal itu jawabannya ada pada presidensialisme. Ia juga menilai semua aturan di negeri ini bertumpu pada Jokowi sebagai presiden.
“Presiden itu punya hak membuat Perppu over night. Malam ini dia bikin Perppu, besok semua berubah,” tuturnya.
Bukan kali ini saja Jokowi disebut kesepian. Sebelumnya, saat masih mencalonkan diri sebagai presiden di periode kedua, Jokowi juga disebut sebagai Capres kesepian. Hal itu berdasarkan serangkaian hasil survei sejumlah lembaga survei.
Mengutip survey yang dirilis oleh Litbang Kompas, Ma’ruf Amin yang digandeng Jokowi sebagai Cawapres nyatanya kurang mengigit. Survei memperlihatkan responden yang memilih Jokowi berdasarkan faktor Ma’ruf hanya sebesar 5,4 persen.
Masih berdasarkan survei tersebut, partai-partai koalisi Jokowi-Ma’ruf juga tidak sepenuhnya solid mendukung Jokowi. Ini bisa dilihat dari dukungan loyalis partai kepada Jokowi dan Ma’ruf.