TIKTAK.ID – Analis media sosial sekaligus pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi mengungkapkan bahwa pada 2014, oposisi atau pihak yang kontra dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) jumlahnya sangat sedikit. Hal itu membuat pihak yang berseberangan memakai bot atau akun palsu untuk menyerang Jokowi di media sosial.
“Saking tidak ada pendukungnya yang kontra dengan Jokowi, maka membuat bot,” ujar Ismail melalui webinar yang diadakan oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Muhammadiyah, seperti dilansir CNN Indonesia, Kamis (30/9/21).
Ismail menyampaikan hal itu ketika memaparkan analisis jejaring sosial di media sosial. Analisis tersebut merupakan sebuah citra yang menunjukkan aktivitas percakapan di media sosial yang berkaitan dengan kata kunci tertentu.
Baca juga : Gara-gara PDIP Nomor 1, Megawati Khawatir
Untuk diketahui, pada 2014 Joko Widodo tengah menjadi sorotan. Pasalnya, Jokowi saat itu baru dua tahun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, tapi sudah mencalonkan diri sebagai presiden.
“Yang saya ambil di Twitter untuk topik tertentu, contohnya topik mengenai Joko Widodo. Sebab, pada 2014 Jokowi lagi rame. Semua percakapan tentang beliau itu menarik, kemudian pro dan kontra tertangkap dengan nama beliau saja,” ungkap Ismail.
Menurut Ismail, pada 2014 Jokowi adalah sosok idaman bagi media. Dia menjelaskan, hampir semua media mendukung dan menyukai Jokowi, sedangkan pihak yang kontra sangat sedikit.
Baca juga : Bursa Ketum PBNU dari Said Aqil hingga Yahya Staquf
Ismail menilai warganet dan media yang pro terhadap Jokowi mendominasi. Dia melanjutkan, hal itu menyebabkan pihak yang kontra membuat bot untuk menyebarkan konten negatif atau berseberangan dengan Jokowi.
Pihak yang kontra membuat bot dengan tujuan menyebarkan konten yang mereka buat sendiri. Dengan begitu, konten atau tagar yang mereka buat semakin berlipat ganda dan menjadi trending.
“Dia membuat pasukan robot yang isinya mungkin ada delapan [akun], lalu di-retweet di antara mereka sendiri. Ngerumpi, yang penting tagarnya saja muncul,” terang Ismail.
Baca juga : Anies Baswedan Nilai Pemindahan Ibu Kota Tak Selesaikan Masalah Lingkungan DKI
Ismail pun mengakui di media sosial, terutama Twitter, nama Jokowi tidak luput dari perbincangan warganet. Dia menganggap terdapat polarisasi di kalangan warganet dan media massa, yaitu sebagian mendukung dan sebagian di sisi yang berlawanan. Namun ia menyatakan pihak yang mendukung lebih banyak ketimbang yang kontra.