TIKTAK.ID – Para menteri luar negeri Uni Eropa gagal menuai kata sepakat terkait larangan impor minyak dan gas alam Rusia, Kepala Perwakilan Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell mengatakan pada hari Senin (11/4/22). Ia menambahkan bahwa pembicaraan tentang masalah ini akan berlanjut. Larangan energi Rusia diharapkan menjadi bagian dari paket sanksi terbaru Uni Eropa terhadap Moskow.
“Pertama, kami membahas bagaimana memastikan efektivitas sanksi yang ada agar tidak terjadi kesenjangan dalam penerapannya. Tapi kami juga membahas langkah-langkah baru yang bisa kami ambil, termasuk sanksi terhadap minyak dan gas,” kata Borrell. “Kami belum membuat keputusan mengenai sanksi tersebut, kami sepakat untuk melanjutkan pembicaraan,” lanjutnya, seperti yang dikutip dari Russian Today.
Sementara Uni Eropa menyetujui banyak sanksi terhadap Moskow, negara-negara anggotanya telah berselisih mengenai pelarangan impor energi Rusia. Hal itu karena banyak negara UE yang sangat bergantung pada energi Rusia. Bahkan, Hungaria telah memveto larangan total impor gas Rusia, dengan mengatakan bahwa hal itu adalah satu-satunya pilihan negaranya, karena negara itu terkurung daratan dan tidak akan dapat menerima secara langsung gas cair dari AS jika gas dari Rusia ke negaranya disetop.
Sementara itu Jerman, berjanji akan secara bertahap berupaya menghapus ketergantungan gas negaranya dari Rusia.
Jubir Kementerian Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Energi, Susanne Ungrad mengatakan Berlin bertujuan untuk mengakhiri impor minyak Rusia pada akhir tahun ini, sementara batubara dapat dihapus secara bertahap pada musim gugur, dan gas alam dapat dihentikan pada pertengahan 2024.
Borell sendiri menekankan pentingnya negara-negara Uni Eropa untuk menjadi kurang bergantung pada energi Rusia, dengan alasan bahwa membeli gas dari Moskow berarti adalah “membiayai perang”. Dia, bagaimanapun, mengakui bahwa tidak mungkin untuk memotong ketergantungan 55 persen pada gas Rusia dalam semalam, mengacu pada situasi di Jerman, yang telah memperingatkan “runtuhnya” perekonomian negara itu.
Namun demikian, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa bersikeras bahwa blok tersebut harus mengurangi ketergantungannya pada energi dari Rusia secepat mungkin, dan mengusulkan untuk memulai dengan minyak, karena lebih mudah untuk diganti dan ada lebih banyak energi. Moskow saat ini memasok sekitar 40 persen dari semua gas yang digunakan oleh negara-negara Uni Eropa dan menyediakan sekitar sepertiga dari kebutuhan minyak mereka.