TIKTAK.ID – Korban tewas akibat serangan ke sebuah Universitas di Kabul terus bertambah menjadi sedikitnya 35 orang tewas, kata dua sumber Pemerintah, Selasa (3/11/20), ketika para mahasiswa melancarkan protes atas serangan itu dan menandai hari berkabung.
Dikutip dari kantor Berita Reuters, sekelompok orang bersenjata menerobos masuk ke universitas pada Senin kemarin, dalam serangan kedua terhadap sebuah universitas di Ibu Kota Afghanistan hanya dalam waktu sepekan. Kedua serangan itu diklaim oleh ISIS.
ISIS juga mengklaim serangan sebelumnya, yang menewaskan 24 orang di daerah Dashte Barchi di Kabul.
Dalam sebuah pesan di aplikasi perpesanan Telegram, sebuah akun yang mengaku milik ISIS mengatakan mereka telah “membunuh dan melukai 80 hakim, penyelidik, dan personel keamanan Afghanistan” yang tengah berkumpul untuk sebuah acara di Fakultas Hukum.
Kedua sumber tersebut mengatakan bahwa sebagian besar dari korban yang tewas adalah pelajar dan sekitar 50 orang lainnya terluka, beberapa dari mereka mengalami patah anggota badan saat melompat dari jendela untuk menyelamatkan diri dari serangan pagi itu.
Secara resmi jumlah korban tewas mencapai 22 dengan 27 lainnya luka-luka, menurut Kementerian Dalam Negeri.
Negara itu mengumumkan hari berkabung pada Selasa ini, dengan banyak bendera dikibarkan setengah tiang.
Selasa ini, sekitar 100 mahasiswa berkumpul di luar universitas untuk memprotes bahwa pembicaraan damai dengan kelompok Taliban di Doha ternyata tidak mengarah pada pengurangan kekerasan.
“Meskipun kami melihat serangan semacam ini setiap hari, masih ada pembicaraan damai dengan mereka, yang benar-benar mengerikan,” kata seorang mahasiswa yang memprotes, Zaryab Paryani.
Taliban sendiri membantah terlibat dalam serangan itu, termasuk ledakan bulan lalu -juga diklaim oleh ISIS- yang menewaskan puluhan siswa di sebuah pusat bimbingan.
Tetapi beberapa pejabat Pemerintah Afghanistan, termasuk Wakil Presiden Pertama Amrullah Saleh, menuding Taliban terlibat.
Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid di Twitter menuduh Pemerintah “menganggap publik sebagai orang bodoh”.
Negosiator dari Pemerintah Afghanistan dan Taliban mengadakan pembicaraan di Doha dengan tujuan menengahi kesepakatan damai saat Amerika Serikat menarik pasukannya dari Afghanistan.