TIKTAK.ID – Sebuah artikel yang diterbitkan di situs web Kementerian Luar Negeri Korea Utara menuduh Washington menggunakan bantuan asingnya sebagai senjata untuk memberikan tekanan dan kontrol atas negara-negara yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Analisis, yang ditulis oleh Kang Hyon Chol sebagai peneliti senior di Asosiasi yang berafiliasi dengan Kementerian untuk Promosi Pertukaran Ekonomi dan Teknologi Internasional itu memberikan contoh sejumlah kesepakatan AS dengan Kamboja, Pakistan, Afghanistan, dan negara-negara di Timur Tengah untuk menyatakan bahwa Washington menggunakan bantuan “kemanusiaan” untuk melaksanakan “skema politik jahatnya” di seluruh dunia, seperti yang dilansir RTnews, Senin (12/7/21).
Ia mencontohkan Washington menggunakan janji “bantuan kemanusiaan” untuk mendorong warga Suriah untuk bangkit melawan Pemerintah mereka. Namun, “Tawaran seperti itu pada dasarnya adalah ‘tabir asap untuk dapat ikut campur tangan dalam urusan internal negara-negara yang bersangkutan’,” kata Kang.
Menurut peneliti Korea Utara itu, Amerika Serikat menggunakan bantuan asing sebagai “alat politik untuk mensubordinasi negara lain secara politik dan ekonomi”. Dia mencatat bahwa dalam banyak kasus, Washington pada akhirnya benar-benar berhasil “mengumpulkan uang” dengan mengamankan kondisi ekonomi atau politik yang menguntungkan dengan imbalan bantuan kemanusiaan “sepele” semacam itu.
Dia menyarankan bahwa negara-negara yang mengalami “penderitaan dan rasa sakit” untuk tidak meminta bantuan AS. “Dalam praktik sebenarnya, banyak negara telah mengalami rasa pahit sebagai akibat dari menggantungkan banyak harapan pada ‘bantuan’ dan ‘bantuan kemanusiaan’ Amerika,” tegas Kang.
Analisis itu muncul bertepatan ketika hubungan antara Washington dan Pyongyang terus menunjukkan ketegangan, membalikkan periode dialog singkat yang sempat terjadi antara dua rival lama selama Pemerintahan Trump.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri negara itu, Ri Son-gwon, menolak tawaran utusan Amerika untuk bertemu “di mana saja, kapan saja”, menjelaskan bahwa Pyongyang “bahkan tidak mempertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan kontak dengan AS. Diplomat top Korea Utara mengatakan bahwa negosiasi semacam itu tidak akan menghasilkan apa-apa selain “mengambil waktu yang berharga”.
Amerika Serikat sebelumnya telah menawarkan untuk mencabut sanksi dan memberikan bantuan kepada Korea Utara dengan syarat Pyongyang mengambil langkah menuju denuklirisasi. Pyongyang menolak proposal tersebut sebagai sesuatu yang tidak mungkin dilakukan di bawah ketegangan militer di wilayah tersebut saat ini.
Isu bantuan kemanusiaan menjadi semakin mendesak di tengah pandemi virus Corona. Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un secara terbuka mengakui bahwa negara itu menghadapi kekurangan pangan karena krisis kesehatan dan topan baru-baru ini.
Namun, negara tersebut sejauh ini tidak menunjukkan minat untuk menerima bantuan dari Korea Selatan atau Amerika Serikat, meskipun telah menerima beberapa bantuan dari China dan Rusia.