
TIKTAK.ID – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo mengatakan bukan Rusia, namun China dan Korea Utara yang telah mengancam keamanan siber terbesar bagi AS pada Senin (14/12/20) kemarin. Yaitu ketika SolarWinds diretas –yang dituduhkan kepada Moskow sebagai pelakunya– mengakibatkan kehebohan di Departemen Luar Negeri dan agen federal lainnya.
Pada akhir pekan kemarin dikonfirmasi bahwa peretas telah mengintip komunikasi internal di Departemen Keuangan dan Perdagangan selama berbulan-bulan. Hal itu bisa dilakukan setelah peretas memperoleh akses melalui pembaruan perangkat lunak dari perusahaan SolarWinds yang berbasis di Texas.
SolarWinds memasok layanan ke sejumlah besar Badan dan Instansi Pemerintah —meskipun pada Senin kemarin mereka menolak memberikan rincian lebih lanjut kepada Newsweek— dan para peretas sepertinya juga telah menyusup ke beberapa orang lain dan memperoleh akses ke sejumlah komunikasi dan informasi internal yang belum diketahui.
Di antara lembaga Pemerintah yang menjadi korban peretasan itu adalah Departemen Luar Negeri. Namun dalam wawancara radio dengan Breitbart News pada Senin itu, Pompeo mengatakan bahwa Pyongyang dan Beijing lah yang menimbulkan kekhawatiran pada keamanan siber terbesar bagi AS, bahkan ketika signifikansi besar dari peretasan SolarWinds mulai mengkristal.
“Ini adalah pertempuran yang berkelanjutan, perjuangan berkelanjutan untuk menjaga keamanan sistem kami,” kata Pompeo tentang tanggapan Amerika terhadap gangguan keamanan siber oleh negara asing dan lainnya.
“Saya tidak bisa berkata banyak selain itu adalah upaya yang konsisten dari Rusia untuk mencoba masuk ke server Amerika, tidak hanya instansi Pemerintah tetapi juga bisnis,” tambahnya. “Kami melihat kali ini lebih kuat lagi yaitu dari Partai Komunis China, dari Korea Utara juga.”
“Saya sangat yakin Pemerintah Amerika Serikat akan menjaga informasi rahasia kami dari tangan para pelaku kejahatan ini,” kata Pompeo.
The Washington Post menjadi media pertama yang melaporkan bahwa Departemen Luar Negeri telah diretas, bersama dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Institut Kesehatan Nasional. Mereka yang juga masuk dalam daftar korban peretasan adalah Departemen Keuangan dan Perdagangan.
Daftar tersebut diperkirakan akan bertambah panjang karena penyelidikan atas serangan itu terus berlanjut. Situs web SolarWinds mengatakan perusahaan menyediakan layanan antara lain ke Pentagon dan kelima cabang militer, Badan Keamanan Nasional, dan Gedung Putih.
Perusahaan mengatakan kepada Newsweek pada Senin itu juga bahwa mereka tidak akan memberikan rincian apa pun tentang klien lain yang menggunakan program Orion yang diduga telah dibajak oleh peretas, dan memungkinkan mereka mengakses ke beberapa titik. Peretasan itu terjadi antara Maret dan Juni tahun ini.
SolarWinds mengatakan sedang berkoordinasi dengan FBI, komunitas intelijen, dan badan penegak hukum lainnya untuk menyelidiki.
“Kami percaya bahwa kerentanan ini adalah hasil dari serangan rantai pasokan yang sangat canggih, bertarget dan manual oleh suatu entitas negara,” kata perusahaan itu.
Pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa SolarWinds berikutnya mengatakan bahwa 18.000 pelanggan perusahaan telah terpengaruh oleh peretasan tersebut.
Pemerintah AS belum mengidentifikasi Rusia sebagai penyerang, tetapi beberapa sumber anonim yang memberi pengarahan tentang peretasan itu mengatakan bahwa operasi yang didukung Moskow diyakini bertanggung jawab.
Kedutaan Besar Rusia di Washington, D.C. segera menolak dan menyangkal laporan itu, serta menyebutnya sebagai hal yang “tidak berdasar”.