TIKTAK.ID – Kementerian Luar Negeri Prancis mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada Senin (4/4/22), bahwa mereka akan mengusir “banyak” diplomat Rusia dari Prancis. Merespons pernyataan Prancis tersebut, Moskow, menurut media Rusia, telah berjanji untuk menanggapi keputusan Paris mengusir diplomat Rusia.
Menurut Kementerian Luar Negeri Prancis, “tindakan ini adalah bagian dari pendekatan Eropa”, dan kegiatan diplomat yang ditargetkan oleh tindakan ini bertentangan dengan kepentingan keamanan Prancis. Menurut saluran TV BFM, “sekitar 30 diplomat Rusia” akan terpengaruh oleh keputusan tersebut.
Dalam sebuah komentar kepada RIA Novosti, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan akan menanggapi tindakan Paris tersebut.
Beberapa negara Uni Eropa meluncurkan keputusan baru untuk mengusir diplomat Rusia pada Senin kemarin, di tengah dampak dari tuduhan pembunuhan massal yang diklaim terjadi di Bucha, sebuah kota kecil di barat laut Kiev.
Ukraina dengan cepat menuding pembantaian warga sipil tersebut pada pasukan Rusia, yang telah menduduki Bucha sampai baru-baru ini, namun Moskow dengan tegas membantah keterlibatan apa pun, menunjukkan bahwa seluruh peristiwa itu merupakan “provokasi” yang direncanakan Barat, seperti yang dilansir RT.
Lithuania memerintahkan Duta Besar Rusia untuk meninggalkan negara itu secepatnya, mengutip “tindakan agresif tanpa henti Moskow di Ukraina”.
Negara Baltik itu mengatakan telah memberi tahu mitra UE dan NATO tentang langkah tersebut, mendesak mereka untuk mengikutinya. Tak lama setelah pengumuman itu, Latvia mengatakan akan menurunkan hubungan diplomatiknya dengan Moskow, mengutip dugaan “kejahatan yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Rusia di Ukraina”.
Berikutnya Jerman mengikutinya, dengan Menteri Luar Negeri negara itu, Annalena Baerbock mengumumkan pengusiran “sejumlah besar” diplomat Rusia.
“Staf diplomatik yang terkena dampak telah bekerja setiap hari melawan kebebasan kita, melawan kohesi masyarakat kita,” katanya.
Rusia sendiri dengan tegas menolak tuduhan pembantaian di Bucha, dan Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Senin kemarin menuntut dilakukannya penyelidikan atas pembantaian di kota tersebut.
“Fakta dan timeline juga berbicara menentang kebenaran klaim tersebut,” tambahnya.
Pasukan Rusia sudah sejak pekan lalu mundur dari Bucha, setelah kemajuan yang dicapai dalam pembicaraan damai Rusia-Ukraina.
Namun, beberapa hari kemudian, para pejabat Ukraina mengklaim bahwa pasukan Rusia bersalah atas kejahatan perang yang diduga dilakukan terhadap warga sipil yang tinggal di Bucha.