
TIKTAK.ID – Junta militer Myanmar kembali menunjukkan kebrutalannya pada Rabu (7/4/21). Kali ini mereka melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa pro-demokrasi yang menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai puluhan lainnya. Ini merupakan korban terbaru dari kampanye terhadap kelompok oposisi yang menentang kudeta junta militer.
Pemimpin kudeta, Jenderal Senior Min Aung Hlaing yang menggulingkan Pemerintah terpilih Myanmar pada 1 Februari, menuduh gerakan sipil yang melawan kudeta adalah “untuk menghancurkan” negara.
Namun, sebuah kelompok penelitian yang berbasis di London mengatakan saat ini militer kehilangan kendali.
Dalam kerusuhan lainnya, serangkaian ledakan kecil menghantam Ibu Kota komersial Yangon dan sebuah pabrik milik China dibakar.
Menurut sebuah kelompok aktivis, sekitar 600 warga sipil telah dibunuh oleh tentara dalam kekacauan sejak kudeta tersebut. Meski demikian, protes dan pemogokan nasional terus berlanjut meskipun terjadi pertumpahan darah.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) pada hari yang sama mengatakan bahwa militer sekarang memfokuskan tindakan kerasnya di daerah pedesaan.
Di kota barat laut Kale, militer menggunakan peluru tajam, granat, dan senapan mesin ke pengunjuk rasa yang menuntut pemulihan Pemerintahan Aung San Suu Kyi, kata AAPP. Akibatnya, sedikitnya 8 orang tewas, katanya.
Mereka juga menggerebek rumah dan klinik komunitas, kata AAPP.
Seorang warga setempat dan outlet berita Myanmar Now mengatakan 11 orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka. AAPP juga melaporkan dua korban jiwa lainnya di kota-kota kecil di wilayah Sagaiang.
Dua pengunjuk rasa juga tewas di kota Bago dekat Yangon, Myanmar Now, kata AAPP.
Sementara pada hari yang sama, Dubes Myanmar di London mengatakan telah diusir dari kedutaannya.
Kyaw Zwar Minn mengatakan staf memintanya meninggalkan gedung oleh atase militer Myanmar dan dia diberitahu bahwa dia bukan lagi perwakilan negara.
“Saya telah diusir,” katanya kepada kantor berita Reuters.
Kyaw Zwar Minn menggambarkan peristiwa Rabu itu sebagai “semacam kudeta, di tengah London”, lapor Reuters. Kudeta semacam ini tidak boleh terjadi, tambahnya.
Duta Besar digambarkan berdiri di jalan di luar Kedutaan Myanmar di Mayfair London berbicara dengan petugas dari kepolisian Metropolitan.
Polisi dilaporkan dipanggil untuk menghentikan staf memasuki kembali gedung tersebut.
Pengusiran Kyaw Zwar Minn diduga karena pernyataannya pada bulan lalu yang menyerukan pembebasan Suu Kyi dan mengatakan kepada BBC bahwa Myanmar “terpecah” dan berisiko mengalami perang saudara.
Dia menegaskan bahwa pernyataannya itu tidak “mengkhianati negara”, menambahkan bahwa dia berdiri di “tengah”.
Wakil Duta Besar Chit Win dilaporkan mengambil alih posisinya sebagai perwakilan di London, lapor Reuters, mengutip para diplomat yang mengetahui masalah tersebut.