Israel Hancurkan Industri Teknologi di Palestina

TIKTAK.ID – Agresi brutal Israel terhadap Palestina masih tak kunjung menemukan tanda-tanda usai, bahkan hingga kini penyerangan dari pihak Israel terus berlanjut ke wilayah Gaza. Perang antara dua wilayah tersebut pun menghancurkan industri teknologi dan startup yang mulai berkembang di Palestina.
Meski Gaza dianggap sebagai wilayah dengan tantangan ekonomi paling parah di dunia, tapi ternyata industri teknologi menjadi harapan baru di negara tersebut. Sebelum konflik ini memanas, Silicon Valley sempat menaruh perhatian pada Palestina sebagai pusat teknologi dunia dengan investasi sebesar USD10 juta.
Pada 2017 lalu, CEO Salesforce, Marc Benioff bergabung dengan tokoh-tokoh Silicon Valley untuk membuat akademi coding pertama di Gaza. Akademi yang diberi nama Gaza Sky Geeks ini bertujuan sebagai perusahaan pusat teknologi/startup di Palestina. Akademi tersebut juga menjadi pusat koding pertama yang didirikan di Gaza dan memperoleh sokongan dari organisasi kemanusiaan global Mercy Corps dan Google.
Gaza Sky Geeks telah menawarkan investasi awal, pelatihan, dan sumber teknologi bagi masyarakat Gaza. Pada 2022, terdapat lima ribu coders serta pengembang dari Tepi Barat dan Gaza yang sudah lulus dari program ini.
Saat ini, ada sejumlah startup yang berkembang di Palestina. Di antaranya Menalytics, Olivery, Coretava, dan Sellenvo. Bahkan salah satu Venture Capital lokal bernama Ibtikar turut meningkatkan pendanaan mereka menjadi USD30 juta dalam putaran pendanaan kedua pada startup yang sedang berkembang.
Akan tetapi, perkembangan dari industri teknologi ini harus kembali redup akibat agresi yang terjadi secara berkelanjutan. Iliana Montauk, seorang co-Founder dari startup Manara mengungkapkan bahwa kondisi kali ini berpengaruh sangat berbeda pada industri teknologi.
“Pasokan listrik diputus di seluruh jalur Gaza, sejumlah besar infrastruktur sudah dibom (termasuk ISP dan gedung apartemen tinggi yang punya menara telepon seluler). Semua lingkungan kelas menengah telah dihancurkan,” ujar Iliana Montauk, seperti dikutip Uzone.id dari Techcrunch, pada Rabu, (25/10/23).
“Sektor teknologi hampir sepenuhnya tak dapat berfungsi di Gaza saat ini,” imbuhnya.
Startup Manara sendiri punya sekitar 100 teknisi software di Gaza dan beberapa di antaranya bekerja secara remote untuk perusahaan Silicon Valley di AS dan Eropa. Akan tetapi dengan adanya pemutusan listrik, kebanyakan dari mereka kehilangan koneksi internet dan hanya memiliki akses ke 2G.
Sementara itu, pendiri The Middle Frame, Mohammad Alnobani menyebut rumah rekan-rekannya hancur akibat serangan udara, beberapa di antaranya pun tak dapat dijangkau akibat listrik yang terputus.
Walaupun masih terbilang kecil, para pendiri dan investor Palestina menyatakan ekosistem teknologi di negara ini dipandang sebagai bagian penting dari masa depan ekonomi Palestina. Sayangnya, Israel membuat perkembangan itu meredup, bahkan hancur.