Dua tahun silam, ia menjalani operasi untuk mengatasi kerusakan saluran kemih. Sayangnya, operasi tersebut menyebabkan komplikasi berupa susah ereksi.
Operasi berikutnya dilakukan untuk mengatasi disfungsi ereksi yang dialaminya usai operasi pertama. Dikatakan, dokter memasang pipa logam ke dalam Mr P.
“Saya dikasih tahu akan terasa sakit selama 6-8 pekan berikutnya, tapi saya tidak pernah menyangka akan seperti ini. Sekarang saya mengalami ereksi permanen,” kata Scott, dikutip dari Dailyrecord.
Baca juga: Agar Tak Salah Penanganan, Pahami Beda Nyeri Dada Antara Serangan Jantung dan Heartburn (Maag)
Sementara itu dalam kasus serupa, seorang pria di India mencari pertolongan medis karena ereksi yang tidak terkendali. Selama 48 jam ia bergelut dengan nyeri yang tidak tertahankan pada Mr P.
Dokter di King George’s Medical University Lucknow bertindak cepat dengan “menguras” darah yang mengaliri penis pasien. Seperti diketahui, ereksi terjadi ketika aliran darah di bagian tersebut meningkat.
Saat ereksi mulai bisa dikendalikan, masalah baru lalu muncul. Kemaluan pasien berusia 52 tahun ini berangsur menghitam, perubahan warna yang mengindikasikan gangrene atau kematian jaringan.
Lewat pemeriksaan, dokter memastikan ada jaringan mati di kemaluan pasien. Tidak ada pilihan, dokter harus mengamputasi bagian yang mengalami kematian jaringan tersebut sebelum kondisinya makin buruk.
Sebuah laporan di BMJ Case Reports yang memuat kasus ini menyebut priapism bisa memicu komplikasi berupa gangrene meski memang jarang.
Priapism merupakan kondisi ereksi yang lama dan menyakitkan dan harus segera mendapat pertolongan sebelum memicu kerusakan jaringan Mr P.