
TIKTAK.ID – Presiden Amerika Serikat sekaligus sekutu terdekat Israel, Donald Trump kembali mengusulkan solusi dua negara untuk Israel-Palestina yang akan membuat Ibu Kota Palestina terletak di Yerusalem Timur, dalam sebuah langkah yang disebutnya sebagai “langkah besar menuju perdamaian.”
Trump mengatakan bahwa Israel telah sepakat untuk bernegosiasi berdasarkan peta yang diusulkan secara konseptual dan terperinci untuk pertama kalinya. Jika Israel menyetujui peta yang diusulkan, maka AS pun akan mengakuinya.
Trump beretorika bahwa rencana usulannya tersebut akan memberikan “lebih dari dua kali lipat wilayah Palestina (saat ini)” dan “tidak ada warga Israel atau Palestina yang akan kecewa.”
“AS juga akan dengan ‘bangga’ membuka kedutaannya di Ibu Kota baru Palestina di Jerusalem Timur,” kata Trump.
Trump membual bahwa dia telah melakukan “banyak hal” untuk Israel sejak menjabat.
“Ini hal yang masuk akal bahwa saya harus melakukan ‘banyak hal juga untuk Palestina’. Jika tidak, itu berarti saya ‘tidak adil’,” tambahnya.
Sebagai imbalan bagi pengakuan AS atas permukiman Israel di Tepi Barat wilayah pendudukan, Israel akan menerima pembekuan empat tahun pembangunan permukiman baru saat negara Palestina sedang dalam tahap negosiasi.
Rencananya tersebut juga akan menyiapkan program peningkatan ekonomi $ 50 miliar untuk Palestina, Yordania dan Mesir.
Berdiri di samping Trump, Netanyahu mengatakan kehadiran Duta Besar Oman, Bahrain, dan Uni Emirat Arab di Washington sebagai pertanda baik untuk keberhasilan rencana Trump.
Netanyahu mengatakan upaya sebelumnya untuk menyelesaikan krisis “tidak mencapai keseimbangan yang tepat” antara berurusan dengan ketakutan Israel akan keamanannya dan keinginan rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri.
Dia juga mengatakan bahwa Trump telah menjadi “sahabat baik” yang pernah dimiliki Israel dan meskipun ada teman baik Israel di Gedung Putih sebelumnya, mereka bahkan tidak pernah “mendekati” Trump.
Netanyahu juga memberikan pujian untuk menantu Trump, Jared Kushner, yang merupakan penggagas rencana tersebut, dengan mengatakan bahwa “sungguh menyenangkan memiliki para pengusaha real estate ini” ikut terlibat dalam perselisihan wilayah dan mereka dapat “menemukan hal-hal yang cemerlang di saat orang lain tidak memikirkanya.”
Netanyahu menambahkan bahwa Israel berutang budi kepada Kushner dan Trump dan menyebutnya sebagai “hutang rasa terima kasih selamanya.”
Terlepas dari janji manis Washington, pihak Palestina menegaskan akan menolak rencana tersebut. Pemerintahan Trump, yang telah membuat banyak konsesi besar bagi Israel sejak 2017, tidak dilihat oleh Palestina sebagai wasit netral dalam konflik ini.
Baca juga: 34 tentara AS menderita Cedera Otak Dalam Serangan Balasan Iran Atas Pembunuhan Soleimani – Pentagon
Berbicara kepada Reuters sebelum rilis rencana itu, Utusan Tinggi Palestina untuk Inggris Husam Zomlot mengatakan pengumuman itu akan menjadi “bagian dari teater politik” dan akan mendorong situasi “yang membahayakan dan memunculkan politik apartheid.”
Sementara itu, Hamas juga menolak dan menyebut rencana itu sebagai “omong kosong” dan menyebut pernyataan Trump “agresif.”
Seorang Penasihat Utama untuk Presiden Iran Hassan Rouhani menge-tweet bahwa rencana Trump adalah “semata-mata” kesepakatan yang dibuat “antara rezim Zionis (Israel) dan Amerika” dan bahwa negosiasi dengan Palestina “tidak ada dalam agenda.”
Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan, bagaimanapun, pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota adalah “satu-satunya jalan menuju perdamaian yang komprehensif dan abadi” tetapi juga memperingatkan terhadap konsekuensi potensial dari tindakan sepihak yang diambil oleh Israel.
Usai pidatonya, Trump kemudian mengirim tweet dalam bahasa Arab dengan lampiran peta yang menunjukkan “seperti apa bentuk negara Palestina di masa depan.”
هذا ما قد تبدو عليه دولة فلسطين المستقبلية بعاصمة في أجزاء من القدس الشرقية. pic.twitter.com/CFuYwwjSso
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) January 28, 2020