
TIKTAK.ID – Belakangan ini isu reshuffle atau perombakan Kabinet Indonesia Maju semakin kencang. Sejumlah pihak menilai salah satu menteri yang layak untuk dicopot adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.
“Selama pandemi kan dia tidak terlihat perform,” ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno, Selasa (13/4/21), seperti dikutip CNBC Indonesia dari detik.com.
“Sebab, selama pandemi nyaris tak terlihat manuvernya. Terutama model belajar yang mudah dipahami, juga soal subsidi kuota internet, dan lainnya,” imbuh Adi.
Hal senada juga disampaikan pakar pendidikan yang juga mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud), Fasli Jalal.
“Memang Nadiem siap menerima risiko dan dia akan jalan terus (meski banyak kritik). Hanya saja risikonya pada guncangan politik dan pendidikan menurut saya perlu tertata semua. Jadi saya pikir Nadiem berada di persimpangan jalan,” terang Fasli kepada wartawan, Rabu (14/4/21).
Meski begitu, Fasli mengatakan bahwa Nadiem masih perlu diberi waktu dan kesempatan untuk bekerja lebih keras.
“Mudah-mudahan Nadiem bisa semakin berpengalaman. Apalagi dia kan orang baru, jadi enggak mungkin orang baru langsung sukses. Mungkin dapat mencari wakil menteri senior yang orang dekat Presiden tapi juga dihargai di bidang pendidikan. Kalau kombinasi ini, maka saya kira lebih baik,” tuturnya.
Sementara itu, nama Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti kembali muncul di bursa calon menteri. Hanya saja, Mu’ti tidak muncul di bursa calon wakil menteri seperti sebelumnya, melainkan mengemuka sebagai calon menteri.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat hampir mengangkat seorang wakil Mendikbud. Akan tetapi, tawaran yang dialamatkan ke Mu’ti itu ditolak. Kemudian melalui akun media sosialnya, Abdul Mu’ti menyampaikan alasan dirinya menolak tawaran pada pengujung 2020 tersebut.
“Mulanya, saat dihubungi oleh Pak Mensesneg dan Mas Mendikbud, saya menyatakan bersedia bergabung jika diberi amanah. Namun setelah mengukur kemampuan diri, saya berubah pikiran. Semoga ini menjadi pilihan yang terbaik”, cuit Mu’ti melalui akun @Abe_Mukti, Rabu (23/12/20) lalu.
“Setelah melalui berbagai pertimbangan, saya pun memutuskan tidak bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju dalam jabatan wakil menteri. Sebab, saya merasa tidak akan mampu mengemban amanah yang sangat berat itu, dan saya bukanlah figur yang tepat untuk amanah tersebut,” jelasnya.