Dilansir Aljazera, Lopez Obrador mengatakan pada sesi konferensi pers bahwa dia akan menahan diri sampai “semua masalah hukum [terkait dengan pemilihan] diselesaikan. Kami tidak ingin sembrono”.
Presiden Meksiko menambahkan bahwa negaranya memiliki hubungan yang baik dengan Biden dan Presiden Trump, karena dia menghormati siapa pun pemimpin yang menjabat karena “sangat menghormati kami”.
Begitu juga dengan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro. Presiden yang disebut sebagai penduplikat gaya Trump yang konfrontatif dalam memimpin dan juga salah satu pemuja Trump juga tak mau mengucapkan selamat kepada Biden. Bahkan selama pemilihan berlangsung Bolsonaro juga terlibat perselisihan dengan Biden.
Ketika itu Biden mengatakan selama debat pertamanya dengan Trump bahwa AS perlu mendorong Brasil untuk melindungi hutan hujan Amazon dengan lebih baik, Bolsonaro menyebut pernyataan itu sebagai “bencana”.
“Sayang sekali, Tuan John Biden!” katanya.
Bolsonaro salah mengira nama depan Biden dalam versi bahasa Inggris cuitannya.
Beijing juga sama. Meski hubungan China dengan Amerika mengalami masa-masa yang sulit selama Trump berkuasa, namun Beijing juga menahan diri untuk mengucapkan selamat kepada Biden. Sebab bagi Beijing, Biden kadang tak jauh beda dengan Trump untuk menyerang China.
Dia menyebut Xi sebagai “preman” dan bersumpah untuk memimpin kampanye internasional untuk “menekan, mengisolasi dan menghukum China”.
Kampanyenya juga memberi label tindakan China terhadap Muslim di Xinjiang sebagai “genosida”.
“Amerika Serikat memang perlu bersikap keras kepada China,” kata Biden dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Maret ketika pandemi virus Corona, yang pertama kali tercatat muncul di kota Wuhan di China.
“Cara paling efektif untuk menghadapi tantangan itu adalah dengan membangun front persatuan dari sekutu dan mitra AS untuk menghadapi perilaku kasar China dan pelanggaran hak asasi manusia.”
Halaman selanjutnya…