TIKTAK.ID – Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 yang mengatur penggunaan pengeras suara di masjid dan musala menimbulkan polemik. Beberapa pihak mengkritisi aturan baru yang dikeluarkan oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas tersebut.
Salah satu tokoh yang ikut menyoroti aturan itu yakni putri presiden keempat Republik Indonesia, Alissa Wahid. Putri sulung mendiang Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tersebut mengomentari unggahan Kementerian Agama di Twitter, terkait aturan pengeras suara.
“Mencermati ini: Adzan tidak dibatasi, dan yang diatur adalah penggunaan TOA selain untuk adzan,” cuit Alissa, seperti dilansir Liputan6.com, Minggu (27/2/22).
Baca juga : PDIP Usul Pemilu 2024 Proporsional Tertutup: Hanya Pilih Parpol
“Kemudian dinarasikan aturan TOA ini anti adzan? Indonesia darurat logika bener nih,” imbuh Alissa.
Kemudian dalam cuitannya yang lain, Alissa mengaku tidak ada aturan azan dalam SE Menag tersebut, namun yang ada aturan selain azan.
“Gus Menteri tidak menyebut adzan sama sekali dalam interview itu, karena memang tidak diatur,” ucap Alissa.
“Anda menuding Gusmen menganalogikan suara adzan dengan anjing, dari mana ya? Yang dibahas saja bukan adzan,” balas Alissa saat menanggapi komentar warganet @jalan_alter.
Baca juga : Survei Ungkap Mayoritas Rakyat Tolak Tambah Masa Jabatan Jokowi
Lantas warganet lain bercerita dengan me-retweet cuitan Alissa Wahid. Mereka mengungkapkan, sempat protes ketika punya bayi, lantaran kaget dengan pengeras suara di masjid sebelah rumahnya.
“Pernah protes ketika punya bayi, karena sering kaget oleh TOA masjid sebelah rumah. Alhamdulillah besoknya takmir langsung benerin volume TOA, jadi lebih kenceng dari sebelumnya,” kata warganet @iwakmangut.
Alissa pun menanggapi curhatan warganet itu. Dia menyatakan sudah lebih dari lima orang yang curhat mengenai hal sama.
Baca juga : Isu Pemilu 2024 Ditunda Mencuat, MUI: Fatwa Ulama Presiden Maksimal 2 Periode
“Ini sudah saya denger dari 5 orang lebih, protes pengeras suara masjid, tapi malah dikencengin. Teman saya protes karena orangtuanya lansia, dan ujungnya sama juga seperti njenengan,” terang Alissa.
Psikolog keluarga ini pun mengaku merasa sedih ketika membaca kisah-kisah warganet yang membalas cuitan Twitter-nya.
“Saya membaca kisah-kisah di reply ini sedih. Ini bukan hanya soal besar-kecilnya suara pengeras suara di masjid, melainkan berlaku adil versus menang-menangan karena merasa berhak, padahal misi Rasul adalah membawa keadilan sosial,” ungkapnya.