
TIKTAK.ID – Asosiasi Petani Jerman memperingatkan bahwa dalam waktu dekat harga pangan di Jerman akan terus meningkat, mengutip biaya energi yang tinggi sebagai faktor utama melonjaknya harga pangan.
Presiden Asosiasi Petani Jerman, Joachim Rukwid pada Rabu (8/6/22) mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media lokal Passauer Neue Presse, bahwa konflik di Ukraina dan kejatuhan ekonominya memiliki dampak besar pada sektor pertanian di Jerman, seperti yang dilaporkan Russia Today.
“Harga energi naik dua kali lipat, harga pupuk, terutama pupuk nitrogen, rata-rata naik empat kali lipat, dan harga pakan ternak lebih mahal,” jelasnya, seraya menambahkan bahwa situasinya sangat membahayakan, khususnya bagi peternak babi.
Menurut Rukwied, makanan telah dijual di bawah harga dalam beberapa tahun terakhir, dan karena itu harga harus naik agar petani dapat terus bertani.
Menurut statistik resmi, Inflasi di Jerman mencapai 7,9 persen di bulan Mei, angka itu mencapai level tertinggi sejak reunifikasi. Levelnya juga mirip dengan yang terlihat selama krisis minyak tahun 1970-an.
Ketidakpastian pasokan gas alam ke Jerman juga menjadi perhatian besar bagi para petani di negara itu, kata Rukwid, seraya mencatat bahwa jika mereka tidak mendapatkan cukup gas untuk menghasilkan nitrogen –nutrisi paling penting dalam produksi tanaman– hasil panen akan turun 30 persen menjadi 40 persen dalam jangka pendek, tergantung pada jenis tanaman.
Sejak Rusia meluncurkan operasi militernya ke Ukraina pada Februari, UE telah mencari jalan untuk menghentikan impor gas alam Rusia, meskipun ada seruan dari banyak negara anggota UE dan industri besar untuk tidak melakukannya. Namun UE tetap kekeuh melakukan itu, meski dengan risiko terjadinya krisis ekonomi di banyak negara UE.
Aturan baru pembayaran gas Rusia dengan menggunakan mata uang Rubel yang diumumkan oleh Moskow pada akhir Maret lalu telah membuat pasokan gas ke sejumlah negara terputus, karena mereka menolak untuk mematuhi aturan baru Moskow tersebut.
Sementara itu, Jerman terus berusaha mendapatkan energi pengganti gas Rusia, salah satunya dari negara Timur Tengah. Bahkan, pada pekan kemarin Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck telah memulai tur empat harinya ke Israel, wilayah Palestina dan Yordania. Fokus utama perjalanannya adalah menemukan energi alternatif pengganti pasokan energi Rusia.