TIKTAK.ID – Pejabat senior Taliban dan perwakilan AS akan mengadakan pembicaraan pada Sabtu dan Minggu ini terkait kelompok-kelompok ekstremis di Afghanistan dan evakuasi warga asing dan warga Afghanistan dari negara itu, kata para pejabat dari kedua belah pihak.
Ini adalah pertemuan pertama sejak pasukan AS menarik diri dari Afghanistan pada akhir Agustus, mengakhiri pendudukan mereka selama 20 tahun di sana, dan kebangkitan Taliban ke tampuk kekuasaan di negara itu. Pembicaraan akan berlangsung di Doha, Ibu Kota negara Teluk Persia, Qatar.
Jubir Taliban yang berbasis di Doha, Suhail Shaheen mengatakan kepada The Associated Press pada Sabtu (9/10/21) bahwa pembicaraan juga akan meninjau kembali perjanjian damai yang ditandatangani Taliban dengan Washington pada 2020. Perjanjian tersebut telah membuka jalan bagi AS untuk menarik pasukannya dari Afghanistan.
“Ya ada pertemuan… tentang hubungan bilateral dan implementasi perjanjian Doha,” kata Shaheen. “Ini mencakup berbagai topik.”
Persoalan tentang terorisme juga akan menjadi topik dalam pembicaraan, kata seorang pejabat kedua yang berbicara dengan syarat anonim karena dia merasa tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, kelompok ISIS telah meningkatkan serangan terhadap Taliban, serta etnis dan agama minoritas. Pada Jumat kemarin seorang pembom bunuh diri ISIS menewaskan sedikitnya 46 minoritas Muslim Syiah dan melukai puluhan lainnya dalam serangan paling mematikan sejak Taliban berkuasa.
ISIS telah melakukan serangan tanpa henti terhadap Muslim Syiah di negara itu sejak muncul di Afghanistan timur pada tahun 2014. ISIS juga dipandang sebagai ancaman terbesar bagi Amerika Serikat.
Perjanjian AS-Taliban tahun 2020, yang dinegosiasikan oleh Pemerintahan Trump, menuntut Taliban memutuskan hubungan dengan kelompok teroris dan menjamin Afghanistan tidak akan lagi menampung teroris yang dapat menyerang Amerika Serikat dan sekutunya.
Tampaknya pasti kedua belah pihak akan membahas dalam pembicaraan akhir pekan bagaimana mengatasi ancaman yang berkembang. Taliban mengatakan mereka tidak menginginkan bantuan anti-terorisme AS dan telah memperingatkan Washington terhadap apa yang disebut serangan “over-the-horizon” di wilayah Afghanistan dari luar perbatasan negara itu.
Amerika Serikat, sementara itu, akan berusaha untuk membuat para pemimpin Taliban berkomitmen bahwa mereka akan mengizinkan orang Amerika dan warga negara asing lainnya meninggalkan Afghanistan, bersama dengan orang Afghanistan yang pernah bekerja untuk militer atau Pemerintah AS dan sekutu Afghanistan lainnya, kata seorang pejabat AS.
Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim karena tidak berwenang berbicara tentang pertemuan tersebut.
Pemerintahan Biden telah mempertanyakan dan mengeluhkan lambatnya evakuasi yang difasilitasi AS dari Afghanistan yang dikuasai Taliban sejak penarikan pasukan AS.
Jubir Departemen Luar Negeri AS, Ned Price mengatakan pada Kamis kemarin bahwa 105 warga AS dan 95 pemegang kartu hijau telah meninggalkan negara itu dalam penerbangan yang difasilitasi oleh AS. Jumlah itu tidak berubah selama lebih dari seminggu.
Lusinan warga Amerika masih berusaha untuk keluar, menurut Departemen Luar Negeri, bersama dengan ribuan pemegang kartu hijau dan warga Afghanistan serta anggota keluarga yang diyakini memenuhi syarat untuk mendapatkan visa AS.
Para pejabat AS telah menyebutkan kesulitan memverifikasi manifes penerbangan tanpa ada pejabat Amerika di lapangan di Afghanistan untuk membantu, bersama dengan penangguhan lainnya.