TIKTAK.ID – Satu dari dua sandera Taliban yang dibebaskan dalam upaya pertukaran tawanan dengan kelompok Taliban yang ditahan di Afghanistan angkat bicara. Timothy Weeks, warga Australia yang disandera Afghanistan selama tiga tahun, kini dapat tersenyum lebar setelah dapat kembali berkumpul bersama orang-orang yang dicintainya di Australia.
Timothy adalah seorang akademisi yang mengajar di Universitas Amerika di Kabul, Afghanistan. Ia bersama seorang akademisi lain dari Amerika, Kevin King yang juga ikut disandera dan dibebaskan Taliban. Timothy menceritakan, setidaknya enam kali pasukan Amerika berusaha membebaskannya namun gagal. Timothy mengatakan, seringkali ia ditahan di sel-sel kecil tanpa jendela di Afghanistan dan Pakistan.
Baca juga: Taliban Sambut Baik Tawaran Damai Trump
“Saya percaya, dan saya berharap ini benar, bahwa mereka (pasukan khusus) enam kali mencoba membebaskan kami,” kata Timothy, pria 50 tahun dari Wagga Wagga di New South Wales, dalam sebuah konferensi pers setelah kembali ke Australia pada Kamis malam, seperti yang ditulis BBC, Sabtu (1/12/19).
Ia menceritakan, satu kali sebuah misi penyelamatan dilakukan pada April. Ketika itu para pengawal mengatakan padanya bahwa mereka sedang diserang oleh kelompok gerilyawan saingan Negara Islam (IS).
Baca juga: Ditukar Pembebasan Petingginya, Taliban Lepas Sandera Warga Amerika dan Australia
“Saya yakin sekarang bahwa mereka adalah Navy SEAL yang datang untuk membebaskan kami,” katanya.
Timothy melanjutkan dirinya yakin pasukan Navy telah ada di depan pintu terowongan. Ketika itu ia bersama Taliban masuk ke terowongan, berada satu atau dua meter di bawah tanah. Sementara saat itu terjadi ledakan besar di depan pintu terowongan.
Terdengar banyak suara tembakan senapan mesin, kata Timothy. Taliban lalu mendorongnya ke dalam terowongan. Akibatnya Timothy jatuh ke belakang, terguling dan pingsan. Namun ia mengaku memahami apa yang dilakukan oleh anggota Taliban itu. Mereka hanya menerima perintah dan “tak punya pilihan”.
Baca juga: 10 Anggota Kartel Meksiko Tewas Usai Bentrok dengan Polisi
“Saya sama sekali tidak membenci mereka,” katanya. “Dan beberapa dari mereka sangat saya hormati. Beberapa dari mereka sangat berbelas kasih dan orang-orang yang sangat ramah. Dan itu membuat saya berpikir tentang … bagaimana mereka berakhir seperti ini? “
Timothy mengingat betul detik-detik pembebasannya. Semua akhirnya berakhir ketika dua helikopter Black Hawk AS turun dari langit. Dari debu yang mengepul akibat baling-baling helikopter turun enam pasukan khusus. Mereka kemudian melangkah menuju Timothy. Salah satu dari mereka mendekat kemudian merangkul Timothy dan berkata,”Apakah kamu baik-baik saja?” Kemudian mereka membawa Timothy ke Black Hawk.
Baca juga: Undang-Undang HAM dan Demokrasi, Kado Thanksgiving AS untuk Hongkong
Timothy mengaku bahwa selama menjadi sandera meninggalkan kesan yang mendalam dan tak terbanyangkan dalam benaknya. Namun ia tak pernah menyerah dan terus berharap ada sedikit harapan yang tersisa untuknya.
“Kadang saya merasa seolah-olah kematian sudah dekat, dan saya tidak akan pernah melihat lagi orang-orang yang saya cintai. Tetapi, atas kehendak Tuhan, saya di sini, saya hidup dan saya aman -dan saya bebas,” kata Timothy.
Baca juga: Suriah-Israel Berbalas Roket
Pembebasan Timothy harus dibayar dengan pertukaran tiga anggota Taliban yang ditahan Afghanistan. Mereka adalah Anas Haqqani, Haji Mali Khan dan Hafiz Rashid. Haqqani merupakan tokoh dan figur dari kelompok Haqqani. Kelompok ini didirikan oleh ayahnya Jalaluddin Haqqani, yang sekarang dipimpin oleh saudara tertuanya, Sirajuddin dan juga merupakan salah satu pemimpin di Taliban.
Kelompok Haqqani sendiri dituduh sebagai biang banyak serangan terkoordinasi kepada pasukan Afghanistan dan NATO dalam beberapa tahun terakhir. Kelompok Haqqani juga dianggap bertanggungjawab atas sejumlah ledakan mematikan di negara itu, termasuk bom truk yang menewaskan lebih dari 150 orang di Kabul pada 2017.
Baca juga: Polisi Tembak Pria Diduga Penikam di Jembatan London, Inggris