TIKTAK.ID – Emir Kuwait, Sheikh Sabah al-Ahmed al-Sabah, meninggal pada usia 91 tahun, pada Selasa (29/9/20), kata media Pemerintah.
Posisinya diharapkan akan digantikan oleh saudara tirinya yang berusia 83 tahun dan putra mahkota, Sheikh Nawaf al-Ahmed, tulis BBC.
Pada Juli lalu, Sheikh Sabah sempat diterbangkan ke Amerika Serikat untuk perawatan medis setelah menjalani operasi untuk kondisi yang tidak diketahui di Kuwait.
Dia telah memerintah negara Teluk Arab yang kaya minyak itu sejak 2006 dan telah mengawasi kebijakan luar negerinya selama lebih dari 50 tahun.
Sheikh Sabah dijuluki sebagai “Dekan Diplomasi Arab” atas upayanya untuk memulihkan hubungan dengan negara-negara yang mendukung Irak selama Perang Teluk 1990-1991, ketika Kuwait diserang oleh pasukan Irak.
Amir juga sering bertindak sebagai mediator dalam sengketa regional, termasuk perselisihan diplomatik yang sedang berlangsung antara Arab Saudi, sekutunya, dan Qatar.
Kuwait juga menahan diri untuk tidak ikut campur dalam perang saudara Suriah, malah menjadi tuan rumah beberapa konferensi donor untuk bantuan kemanusiaan.
Sheikh Sabah berkuasa pada Januari 2006, setelah Emir Sheikh Saad al-Abdullah mengundurkan diri hanya sembilan hari dalam pemerintahannya saat parlemen bergerak untuk menggulingkannya dengan alasan kesehatan.
Dia pernah menjabat sebagai Perdana Menteri di bawah Emir sebelumnya, Sheikh Jaber al-Ahmad al-Jaber al-Sabah, dan selama beberapa tahun telah dipandang sebagai penguasa de facto.
Sebelumnya, ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dari 1963 hingga 1991 dan dari 1992 hingga 2003.
Kuwait, yang memiliki populasi 4,8 juta, termasuk 3,4 juta pekerja asing, memiliki cadangan minyak terbesar keenam di dunia dan merupakan sekutu utama Amerika Serikat.
Keluarga Sabah telah memimpin selama 260 tahun terakhir di Kuwait.
Parlemen Kuwait memiliki kekuasaan terbesar dari badan terpilih mana pun di Teluk dan anggota parlemen oposisi secara terbuka mengkritik Sabah.
Namun, keluarga yang berkuasa tetap memegang kendali penuh atas jabatan penting Pemerintah dan eksekutif, dan Emir memiliki suara terakhir terkait masalah politik. Dia juga memiliki kekuasaan untuk mengesampingkan atau membubarkan parlemen, dan mengadakan pemilihan umum.