TIKTAK.ID – Selang beberapa hari setelah WhatsApp meluncurkan kebijakan baru yang mewajibkan pengguna untuk membagikan data mereka dengan Facebook, WhatsApp mengalami kejadian yang memalukan, dengan grup obrolan pribadinya diindeks di mesin pencari Google.
Pelanggaran privasi ini dilaporkan pada Minggu kemarin. Undangan tautan ke grup perpesanan WhatsApp pribadi serta beberapa profil pengguna diindeks oleh Google dan muncul di hasil pencarian, pada dasarnya berarti siapa pun dapat bergabung dengan obrolan yang seharusnya aman dan bersifat pribadi, serta bisa melihat obrolan dan nomor telepon yang ada di grup, seperti yang dilaporkan RTnews, Senin (11/1/21).
Masalah ini segera mendapat respons dari WhatsApp, dan tautan yang terbuka untuk umum itu sekarang telah menghilang dari hasil pencarian. Masalah ini sama dengan pelanggaran privasi obrolan dan informasi pengguna WhatsApp yang dilaporkan pada awal 2020.
Dalam pernyataan perusahaan terkait pelanggaran tersebut, mereka bersikeras bahwa keamanan aplikasi telah sangat ditingkatkan sejak kebocoran tahun lalu, dan menyiratkan bahwa pengguna sendirilah yang harus disalahkan atas indeks Google pada akhir pekan itu.
“Sejak Maret 2020, WhatsApp telah menyertakan tag ‘noindex’ di semua halaman deep link, yang menurut Google, akan mengecualikannya dari pengindeksan,” katanya kepada Gadgets 360 oultet.
WhatsApp mendesak pengguna untuk tidak memposting link undangan di tempat yang dapat diakses publik, hal itu untuk menghindari jeratan mesin pencari.
“Seperti semua konten yang dibagikan di saluran publik yang dapat dicari, tautan undangan yang diposting secara publik di internet dapat ditemukan oleh pengguna WhatsApp lain. Tautan yang ingin dibagikan pengguna secara pribadi dengan orang yang mereka kenal dan percaya tidak boleh diposting di tempat yang dapat diakses publik atau situs web.”
Insiden itu terjadi beberapa hari setelah WhatsApp meluncurkan kebijakan baru yang sangat kontroversial yang mewajibkan pengguna untuk membagikan data pribadi mereka dengan perusahaan induknya, Facebook, atau keluar dari platform WhatsApp jika mereka tidak setuju.
Perusahaan tersebut mengatakan bahwa informasi yang dikumpulkan akan digunakan untuk “membantu mengoperasikan, menyediakan, meningkatkan, memahami, menyesuaikan, mendukung, dan memasarkan layanan kami”.
Mereka mengakui memantau konten pengguna untuk “memerangi spam, ancaman, penyalahgunaan, atau aktivitas pelanggaran” dan “meningkatkan” kemampuan WhatsApp.
Aturan kontroversial itu telah memicu eksodus massal pengguna dari messenger, dengan para pesaingnya -Telegram, serta Signal- menikmati lonjakan popularitas akibat kebijakan itu.