TIKTAK.ID – Presiden Venezuela, Nicolas Maduro menuduh Barat dan AS berusaha “menghancurkan” Rusia di tengah sanksi besar-besaran terhadap Moskow atas aksi militernya di Ukraina. Venezuela di bawah pimpinan Maduro juga telah hidup di bawah sanksi embargo besar AS sejak 2019.
“Mereka berbaris, secara ekonomi, politik, dan diplomatik [di Barat] untuk perang besar melawan Rusia. Dari Venezuela, kami mengecamnya,” kata Maduro dalam pidato yang disiarkan televisi pada Jumat (8/4/22), seperti dilansir Russian Today.
“Mereka ingin perang memecah-belah Rusia, menghancurkannya berkeping-keping dan mengakhiri harapan dunia multipolar di mana kita semua bisa hidup.”
Negara Amerika Selatan itu mengutuk pemungutan suara pada Kamis kemarin di Majelis Umum PBB untuk menangguhkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia organisasi global itu.
Menteri Luar Negeri Felix Plasencia mengatakan langkah itu “menghancurkan jembatan” yang diperlukan untuk dialog dan “sangat mengancam keamanan, ketertiban, dan perdamaian global”.
AS memberlakukan beberapa putaran sanksi terhadap Venezuela, antara lain memukul industri minyaknya. Washington secara terbuka mendukung lawan politik Maduro, Juan Guaido yang didaulat sebagai Presiden Venezuela oleh Barat dan AS, sementara Maduro menuduh Barat berusaha menggulingkannya dari kekuasaan.
Banyak negara, termasuk NATO dan negara-negara anggota Uni Eropa, memberlakukan sanksi terhadap Moskow sebagai tanggapan atas aksi militernya ke Ukraina.
Moskow menyerang negara tetangganya itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan akhirnya membuat Rusia mengakui kemerdekaan Republik Donbass, Donetsk dan Luhansk. Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina, termasuk Donetsk dan Luhansk.
Rusia sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS dan didukung Barat. Namun, Kiev menuduh serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua Republik dengan paksa.