TIKTAK.ID – Borok Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) satu per satu mulai terkuak. Hal itu bermula dari perbincangan legenda bulu tangkis Tanah Air, Taufik Hidayat, dengan pembawa acara Deddy Corbuzier.
Melalui kanal Youtube Deddy, Taufik mengungkapkan ketika dia menjadi atlet dan pengurus PBSI, terdapat banyak kepentingan politik sehingga membuat organisasi itu kusut.
“Kamu kira orang di PBSI itu semuanya tahu tentang bulu tangkis?” kata Taufik, seperti dilansir Kompas.com.
“Sebelum mereka jadi pengurus di sana, mereka bisa-bisanya minta ketemu gue setiap hari untuk minta masukan. Begitu mereka sudah masuk jadi pengurus, gue ditendang,” lanjut pria 38 tahun itu.
Taufik menyatakan ketika dirinya masuk ke PBSI, mereka ketakutan. Padahal Taufik adalah atlet bulu tangkis, tetapi ia tidak diterima di PBSI.
“Makanya bagaimana caranya gue dimatiin, supaya enggak bisa gerak,” kata Taufik.
Taufik menegaskan, selama politik ada dalam olahraga, selama itu pula takkan membuahkan prestasi.
Seminggu berselang dari pernyataan Taufik itu, secara tidak langsung membuat pebulu tangkis lain buka suara soal borok PBSI. Atlet Tontowi Ahmad mengundurkan diri dari Pelatnas dan memilih gantung raket pada Senin (18/5/20).
Tontowi juga menyebut PBSI tak menghargai atlet, karena memberikannya status magang, yang biasa diperuntukkan atlet junior. Tontowi merasa tak dihargai dengan status tersebut, karena ia telah meraih sejumlah prestasi di kancah internasional.
“Tahun lalu saya baru dicoba dengan satu pasangan (Winny), saya masih kompetitif. Bahkan bisa mengalahkan pasangan 10 besar dunia, saya tidak sejelek itu untuk dibuang,” tegas Tontowi. Ia pun meminta PBSI agar bisa lebih menghargai atlet.
Tidak hanya itu, pebulu tangkis lain, Sony Dwi Kuncoro, menceritakan pengalamannya ketika didegradasi dari Pelatnas pada 2014. Sony merasa tidak dihargai dengan sikap PBSI kepadanya saat itu.
“Hampir setiap atlet yang keluar dari PBSI merasakan kejanggalan dalam proses degradasi,” tulis Sony melalui akun Instagram pribadinya.
Sony memaparkan, dirinya telah 13 tahun berada di Pelatnas, bahkan pada 2014 ia sempat menempati ranking 15 dunia. Namun ia membaca kabar dirinya didegradasi melalui koran, dan tidak ada pembicaraan dari pengurus.