TIKTAK.ID – Menteri Dalam Negeri Niger, Alkache Alhada pada Minggu (3/1/21) mengatakan Sedikitnya 70 warga sipil tewas dalam serangan serentak di dua desa di Niger, dekat zona perbatasan dengan Mali.
Alkache mengatakan serangan itu terjadi pada Sabtu kemarin di desa Tchombangou dan Zaroumdareye dekat perbatasan dengan Mali. Sedikitnya 20 orang juga terluka.
Menteri menduga bahwa serangan itu diyakini sebagai pembalasan atas pembunuhan dua anggota kelompok militan oleh penduduk desa itu sebelumnya.
Reporter Al Jazeera, melaporkan dari Ibu Kota Niger, Niamey, mengatakan serangan itu terjadi di salah satu daerah paling rentan di perbatasan.
Para pejabat mengatakan mereka mencurigai para penyerang menyeberang ke Niger dari negara tetangga Mali. Daerah tempat penyerangan juga menjadi saksi kekerasan antarkomunitas. Delegasi Pemerintah saat ini sedang dalam perjalanan ke daerah itu untuk menyelidiki apa yang terjadi.
Seorang wartawan lokal mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa 50 orang tewas di Tchombangou, sementara Reuters, mengutip sumber keamanan, mengatakan sedikitnya 49 orang tewas dan 17 lainnya luka-luka di desa yang sama.
Sementara itu 30 lainnya tewas di Zaroumdareye, Reuters melaporkan, mengutip sumber keamanan kedua.
Kekerasan itu terjadi pada hari yang sama ketika Niger mengumumkan hasil putaran pertama pemilihan presiden.
Mantan Menteri Dalam Negeri, Mohamed Bazoum dari Partai Nigeria untuk Demokrasi dan Sosialisme memimpin pemungutan suara dengan 39 persen suara. Dia sekarang akan menghadapi mantan Presiden Mahamane Ousmane, yang mengumpulkan 17 persen suara, dalam pemilihan ulang pada 20 Februari nanti.
Lokasi tempat serangan hari Sabtu terjadi, Mangaize, terletak di Tillaberi, wilayah yang luas dan tidak stabil di perbatasan Niger, Mali, dan Burkina Faso.
Kekerasan telah melanda Mali dan yang paling parah Burkina Faso, tetapi juga meluas ke Niger barat. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, setidaknya 4.000 orang di tiga negara itu tewas dalam kekerasan yang terkait dengan kelompok bersenjata pada 2019.
Pada 21 Desember, tujuh tentara Nigeria tewas dalam serangan di Tillaberi, sementara 34 penduduk desa dibantai di wilayah tenggara Diffa di perbatasan Nigeria bulan lalu.
Pengajar di Universitas Aberdeen di Inggris Raya, Manu Lekunze menyebutkan “populasi yang terus bertambah, kemiskinan dan perubahan iklim” sebagai pendorong ketidakstabilan di wilayah Sahel.
Akan tetapi Niger, Chad, Burkina Faso dan Mali memiliki “masalah struktural mendasar” di mana negara menjadi “tidak mampu memberikan jaminan keamanan, baik secara individu maupun kolaboratif” di Sahel, kata Lekunze.
“Kita perlu menerima fakta ini dan mulai berpikir tentang bagaimana negara-negara ini perlu direformasi secara fundamental untuk memenuhi tantangan yang mereka hadapi di abad ke-21,” katanya.