TIKTAK.ID – Seorang pejabat dari partai pemimpin Myanmar yang digulingkan, Aung San Suu Kyi, Khin Maung Latt tewas dalam tahanan polisi, Minggu (7/3/21). Hal tersebut disampaikan oleh rekannya di parlemen, Sithu Maung.
Belum diketahui pasti penyebab kematian Khin, namun Reuters mendapatkan foto yang menunjukkan tubuh Khin dengan kain yang berlumuran darah di kepalanya.
Khim merupakan manajer kampanye Sithu dan ditangkap pada Sabtu lama kemarin di distrik Pabedan, Yagon.
Tak ada keterangan yang disampaikan pihak polisi atau junta atas tewasnya Khin di tahanan polisi.
Sementara itu, polisi terus menekan para demonstran anti-kudeta militer dengan menembakkan granat setrum dan gas air mata ke arah puluhan ribu demonstran di Madalay, tulis media lokal Myanmar Now. Media itu menambahkan, sedikitnya 70 orang ditangkap.
Militer juga menduduki sebuah universitas di Madalay, setelah sebelumnya menembakkan peluru karet ke arah mahasiswa dan menyebabkan dua orang terluka.
Tak hanya di Madalay, di Yagon dan Lashio di wilayah Shan utara, polisi juga menembakkan gas air mata dan granat kejut.
Dari video yang diunggah Myanmar Now, terlihat militer memukuli penduduk sipil di Yagon yang sedang melancarkan demonstrasi. Terjadi tiga aksi demonstrasi meski pada malam sebelumnya, militer melakukan sejumlah penggerebekan terhadap para pemimpin kampanye dan aktivis yang berseberangan dengan militer.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan militer Myanmar telah membunuh lebih dari 50 orang untuk membasmi demonstrasi dan pemogokan harian di negara Asia Tenggara itu sejak militer menggulingkan dan menahan Suu Kyi pada 1 Februari.
“Mereka membunuh orang seperti membunuh burung dan ayam,” kata seorang pemimpin protes kepada kerumunan di Dawei, sebuah kota di selatan Myanmar. “Apa yang akan kita lakukan jika kita tidak memberontak melawan mereka? Kita harus memberontak.”
Surat kabar Global New Light Of Myanmar yang dikelola negara mengutip pernyataan polisi yang mengeklaim bahwa militer menangani demonstran sesuai dengan aturan hukum. Dikatakan militer menggunakan gas air mata dan granat kejut untuk membubarkan kerusuhan dan protes yang memblokir jalan umum.
Menurut catatan dari kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP), lebih dari 1.700 orang telah ditahan di bawah junta militer pada Sabtu kemarin. Angka itu belum termasuk angka penahanan semalam.
“Tahanan dipukul dan ditendang dengan sepatu bot militer, dipukuli dengan tongkat polisi dan kemudian diseret ke dalam kendaraan polisi,” kata AAPP dalam sebuah pernyataan. “Pasukan keamanan memasuki daerah permukiman dan mencoba untuk menangkap lebih banyak pengunjuk rasa, dan menembak ke rumah-rumah, hingga menghancurkan banyak hal.”
Pembunuhan itu telah memicu kemarahan di negara-negara Barat dan dikutuk oleh sebagian besar negara demokrasi di Asia. Amerika Serikat dan beberapa negara Barat lainnya telah memberlakukan sanksi terbatas pada junta.
Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan Suu Kyi dan menghormati pemilihan November -yang dimenangkan oleh partainya secara besar-besaran tetapi ditolak oleh militer. Junta militer mengatakan akan mengadakan pemilihan demokratis pada waktu yang tidak ditentukan.