TIKTAK.ID – Siapa bisa menyangkal, hampir sepekan ini udara sejumlah kota di Indonesia memang sedang panas-panasnya. Hingga AC atau kipas angin pun seperti tak ada gunanya. Jangankan siang terik, saat malam yang mestinya dingin, kadang masih saja panas dan gerah menyiksa.
Mirisnya, kondisi panas ekstrem bagi sebagian besar orang dan sudah berlangsung sejak beberapa hari terakhir ini, kabarnya masih bakal terus berlanjut hingga sepekan ke depan. Padahal di bulan-bulan seperti sekarang ini, mestinya hujan sudah turun dimana-mana. Tapi kenapa yang terjadi justru sebaliknya?
BMKG membenarkan, temperatur sejumlah kota di Indonesia memang sedang tinggi. Di Makassar suhu tertingginya mencapai 38,8 derajat celcius, Semarang 37,8 derajat celcius, dan Jakarta 36,5 derajat celcius.
Masih kata BMKG, meningkatnya suhu beberapa hari terakhir ini disebabkan oleh gerak semu matahari. Kondisi ini membuat matahari berada di sekitar khatulistiwa dan akan terus bergerak ke arah selatan bumi. Makanya, kota-kota di selatan khatulistiwa yang kebetulan berada di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara, berasa “dipanggang” di atas bara. Belum lagi atmosfer yang relatif kering dan jumlah awan sangat minim, membuat sinar atau radiasi matahari langsung sampai ke bumi. Padahal awan itulah yang biasanya berfungsi sebagai penghalang terik matahari.
Mungkin tak banyak orang yang sadar bahwa kondisi semacam ini sebenarnya termasuk agenda rutin setiap tahun. Meski demikian, peningkatan suhu ekstrem ini tak boleh dipandang enteng. Di antaranya karena panasnya cuaca bisa memicu terjadinya apa yang disebut heat stroke, yaitu kondisi ketika tubuh terlalu panas karena terlalu lama beraktivitas fisik di lingkungan bertemperatur tinggi hingga memicu pusing dan mual, bahkan bukan tak mungkin bisa kejang-kejang dan pingsan.
Untuk menghindari heat stroke, ahli kesehatan menyarankan agar minum banyak air putih, menghindari aktivitas berat, memakai baju longgar, dan tetap berada di ruangan sejuk atau dingin jika udara sudah mulai terasa hangat.