TIKTAK.ID – Elon Musk kini telah resmi menjadi pemilik baru Twitter, usai melewati drama yang panjang. Langkah pertama Musk setelah membeli Twitter senilai USD 44 miliar yakni memecat sejumlah eksekutifnya. Sederet petinggi Twitter seperti CEO Parag Agrawal, CFO Ned Segal, Head of Legal Policy, Trust and Safety Vijaya Gadde, dan General Counsel Sean Edgett langsung didepak usai Musk mengambil alih kepemimpinan.
Sementara rencana jangka panjang Musk untuk Twitter memang masih belum diketahui. Namun CEO Tesla tersebut telah beberapa kali berkomentar mengenai perubahan yang akan ia bawa ke Twitter.
Musk yang mengaku sebagai “free speech absolutist” kerap mengkritik kebijakan moderasi Twitter. Ketika pertama kali menyampaikan niatnya membeli Twitter, Musk mengklaim bakal menjamin kebebasan berpendapat di Twitter. Musk sempat mengindikasikan akan melonggarkan kebijakan moderasi konten Twitter, termasuk mengizinkan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali ke Twitter.
Di sisi lain, banyak pihak yang khawatir kalau kebijakan moderasi dilonggarkan, maka Twitter akan menjadi sarang ujaran kebencian. Merespons hal itu, Musk membuat surat terbuka kepada pengiklan bahwa Twitter tetap akan menjadi tempat yang terbuka bagi semua orang.
“Twitter tentu saja tidak dapat menjadi neraka free-for-all, di mana semua hal bisa dikatakan tanpa konsekuensi!” ungkap Musk dalam suratnya yang diunggah di Twitter, seperti dikutip detik.com dari BBC, pada Jumat (28/10/22).
“Tidak hanya menaati hukum, platform kami harus menjadi tempat yang hangat dan terbuka bagi semua orang, di mana kalian mampu memilih pengalaman yang diinginkan sesuai preferensi,” sambung Musk.
Kemudian Musk juga sering menyindir banyaknya akun bot dan spam di Twitter. Bahkan keluhan tersebut yang membuat proses akuisisi Twitter menjadi alot sampai dibawa ke meja hijau.
Selain itu, Musk dikabarkan tengah mempertimbangkan PHK besar-besaran. Namun berdasarkan laporan terbaru dari Bloomberg, Musk membatalkan rencananya untuk memberhentikan 75% karyawan Twitter.
Meski begitu, tampaknya karyawan Twitter harus bersiap menghadapi pekerjaan yang lebih berat. Pasalnya, Musk pernah mencuitkan bahwa karyawan harus mengantisipasi etos kerja yang ekstrem.