
TIKTAK.ID – Amerika memperbaharui peringatannya terkait krisis di Ukraina. Kali ini AS mengingatkan bahwa Rusia dapat menginvasi Ukraina “kapan saja” dan warga AS diminta segera meninggalkan negara itu.
Invasi dapat dimulai dengan pemboman udara yang akan mempersulit keberangkatan dan membahayakan warga sipil, kata Gedung Putih pada Jumat (11/2/22), seperti yang dilaporkan BBC.
Moskow sendiri telah berulang kali membantah rencana untuk menyerang Ukraina meskipun mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan.
Pernyataan AS tersebut mendorong negara-negara di seluruh dunia untuk mengeluarkan peringatan baru kepada warga negaranya yang ada di Ukraina.
Departemen Luar Negeri AS mengumumkan dalam sebuah rilis Staf yang tidak penting telah diperintahkan untuk meninggalkan Kedutaan Besar AS di Kiev. Layanan konsuler akan ditangguhkan mulai Minggu ini, meskipun AS “akan tetap mempertahankan kehadiran konsuler kecil” di kota barat Lviv “untuk menangani keadaan darurat”.
Sementara itu, Rusia mengatakan telah memutuskan untuk “mengoptimalkan” jumlah staf diplomatiknya di Ukraina. Seorang Jubir Kementerian Luar Negeri mengutip kekhawatiran akan “provokasi” oleh Kiev atau pihak lain.
Upaya untuk meredakan ketegangan melalui diplomasi akan berlanjut pada Sabtu ini, dengan Presiden AS, Joe Biden dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron akan berbicara dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin melalui saluran telepon.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan mengatakan pasukan Rusia sekarang “dalam posisi untuk dapat melakukan aksi militer besar” dalam sebuah sambutannya.
“Kami jelas tidak dapat memprediksi masa depan, kami tidak tahu persis apa yang akan terjadi, tetapi risikonya sekarang cukup tinggi dan ancamannya sekarang cukup cepat sehingga [pergi] adalah bijaksana,” katanya.
Sullivan juga menambahkan bahwa Pemerintah tidak tahu apakah Presiden Rusia, Vladimir Putin telah membuat keputusan akhir untuk menyerang, tetapi mengatakan bahwa Kremlin sedang mencari alasan untuk membenarkan tindakan militer, yang katanya bisa dimulai dengan pemboman udara yang intens.
Komentarnya muncul ketika para pejabat AS memperingatkan tentang peningkatan lebih lanjut pasukan Rusia di perbatasan Ukraina selama seminggu terakhir dan merencanakan latihan militer Rusia di Laut Hitam dalam beberapa hari mendatang.
Presiden Biden telah mengatakan bahwa dia tidak akan mengirim pasukan untuk menyelamatkan warga yang terjebak di Ukraina jika terjadi tindakan invasi dari Rusia.
Pada Jumat kemarin, Presiden AS menjadi tuan rumah panggilan video dengan para pemimpin transatlantik yang mereka menyetujui tindakan terkoordinasi atas dampak ekonomi yang parah pada Rusia jika menginvasi Ukraina.
AS juga mengatakan akan mengerahkan 3.000 tentara lagi dari Fort Bragg, Carolina Utara, ke Polandia, dan mereka diharapkan tiba di sana minggu depan. Pasukan ini tidak akan berperang di Ukraina, tetapi akan memastikan pertahanan sekutu AS.
Kremlin mengatakan ingin menegakkan “garis merah” untuk memastikan bahwa bekas tetangga Sovietnya itu tidak bergabung dengan NATO.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan blok itu “bersatu dan siap untuk skenario apa pun”.