
TIKTAK.ID – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, diketahui kembali tidak diundang PDIP dalam pembahasan persiapan pemenangan Pemillu 2024 di Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Minggu (18/9/22). Ganjar juga tidak diundang PDIP di acara yang dihelat pada Mei lalu, padahal acara tersebut digelar di wilayah administrasi kepemimpinannya.
Hal itu pun menimbulkan pertanyaan, lantaran Ganjar adalah kader PDIP dengan elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden di hampir seluruh hasil survei. Sosok Ganjar tentu punya pengaruh besar bagi PDIP.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo menilai Ganjar masih memiliki peluang untuk diusung PDIP sebagai Capres. Sebab, dia menyebut Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri sangat rasional dalam memilih sosok yang akan diusung. Apalagi, kata Kunto, Ganjar merupakan kader PDIP yang paling menjanjikan, bila ditilik dari elektabilitas.
Baca juga : Adian Klaim Bisa Atur Pertemuan Mahasiswa-Jokowi Bahas Masalah BBM
“Ganjar masih punya peluang, hanya saja masalahnya apakah peluang itu mengecil atau membesar,” ujar Kunto, seperti dilansir CNNIndonesia.com, pada Rabu (21/8/22).
Kunto menganggap dinamika sejauh ini yang menunjukkan Ganjar seolah diabaikan oleh PDIP tidak menggambarkan keputusan partai yang sudah final. Dia menegaskan, pendaftaran Capres-Cawapres baru dibuka 2023.
Menurut Kunto, selama PDIP tidak memberhentikan Ganjar secara langsung dan melarangnya untuk tampil di muka publik, maka Ganjar masih berpeluang menjadi Capres yang akan diusung PDIP.
Baca juga : ‘Dewan Kolonel’, Ancang-ancang Puan Nyapres di 2024
Dia lantas mengingatkan kalau pada Pilpres 2014 dan 2019 silam, PDIP tidak mengusung Capres dari trah Sukarno. Untuk itu, dia mengatakan Ganjar tetap memiliki kans diusung sebagai Capres oleh PDIP.
“Pilihannya apakah PDIP bakal mengangkat anak ideologisnya sebagai calon presiden, yakni Puan Maharani, atau akan mengangkat kadernya yang punya elektabilitas tinggi yaitu Pak Ganjar,” terang Kunto.
“Bisa jadi dua-duanya dimajukan, itu skenario yang paling indah,” imbuhnya.
Baca juga : Fahri Hamzah Bikin Polling Unik Terkait Pilpres 2024, Begini Hasilnya
Di sisi lain, Pengamat politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo, berpendapat kultur yang terbangun di PDIP tidak selalu mengutamakan popularitas. Dia mencontohkan, pada Pilpres 2014, saat Jokowi diusung PDIP, PDIP lebih melihat kapabilitas daripada popularitas Jokowi yang kalah dibanding Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto.