TIKTAK.ID – Salah satu kebocoran dokumen keuangan terbesar saat ini mengungkap kekayaan rahasia dan transaksi para pemimpin dunia, politisi dan miliader.
Sekitar 35 pemimpin dan mantan pemimpin, serta lebih dari 300 pejabat publik mucul dalam data perusahaan lepas pantai yang disebut Pandora Papers, seperti yang dilansir BBC, Senin (4/10/21).
Pandora Papers mengungkapkan bagaimana Raja Yordania diam-diam mengumpulkan 70 juta pounds atau sekitar 1.7 triliun rupiah dari properti di Inggris dan AS.
Mereka juga mengungkap bagaimana mantan PM Inggris, Tony Blair dan istrinya mendapat potongan 312.000 pounds atau sekitar 6 miliar rupiah dalam bea materai ketika mereka membeli kantor di London.
Pasangan itu membeli sebuah perusahaan lepas pantai yang memiliki gedung tersebut.
Kebocoran itu juga menghubungkan Presiden Rusia, Vladimir Putin dengan aset rahasianya di Monako, dan menunjukkan Perdana Menteri Ceko, Andrej Babis –yang akan maju pada pemilihan akhir pekan ini- menyatakan perusahaan investasi lepas pantainya digunakan untuk membeli dua vila seharga 12 juta pounds atau sekitar 232 miliar rupiah di selatan Prancis.
Laporan ini adalah yang terbaru dalam serangkaian kebocoran kekayaan selama tujuh tahun terakhir, mengikuti FinCen Files, Paradise Papers, Panama Papers, dan LuxLeaks.
Pemeriksaan berkas tersebut merupakan yang terbesar yang diselenggarakan oleh International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ), yang dikuti oleh lebih dari 650 wartawan.
BBC Panorama dalam penyelidikan bersama dengan Guardian dan mitra media lainnya telah memiliki akses ke hampir 12 juta dokumen dan file dari 14 perusahaan jasa keuangan di sejumlah negara termasuk British Virgin Islands, Panama, Belize, Siprus, Uni Emirat Arab, Singapura, dan Swiss.
Beberapa tokoh yang ada dalam laporan itu menghadapi tuduhan korupsi, pencucian uang dan penghindaran pajak global.
Akan tetapi salah satu pengungkapan terbesar adalah bagaimana orang-orang terkemuka dan kaya secara hukum mendirikan perusahaan secara diam-diam untuk membeli properti di Inggris.
Dokumen tersebut mengungkapkan sejumlah pemilik dari 95.000 perusahaan lepas pantai di balik pembelian tersebut.
Laporan ini juga menyoroti kegagalan Pemerintah Inggris untuk memperkenalkan daftar pemilik properti lepas pantai meskipun berulang kali berjanji untuk melakukannya, di tengah kekhawatiran beberapa pembeli properti dapat menyembunyikan kegiatan pencucian uang mereka.
Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev dan keluarganya, yang dituduh menjarah negara mereka sendiri, adalah salah satu contohnya.
Penyelidikan menemukan keluarga Aliyev dan rekan dekat mereka diam-diam terlibat dalam kesepakatan properti di Inggris senilai lebih dari 400 juta pounds atau sekitar 7.7 triliun rupiah.
Pengungkapan itu sangat memalukan Pemerintah Inggris, karena keluarga Aliyev tampaknya telah menghasilkan keuntungan 31 juta pounds atau sekitar 600 miliar rupiah setelah menjual salah satu properti mereka di London ke Crown Estate -kerajaan properti Ratu yang dikelola oleh The Treasury dan mengumpulkan uang untuk negara.
Banyak transaksi dalam dokumen tidak ada kesalahan hukum.
Akan tetapi Fergus Shiel, dari ICIJ, mengatakan, “Tidak pernah ada apa pun dalam skala yang menunjukkan kenyataan dari apa yang dapat ditawarkan perusahaan lepas pantai untuk membantu orang menyembunyikan uang tunai yang cerdik atau menghindari pajak.”
Dia menambahkan, “Mereka menggunakan rekening luar negeri, perwalian luar negeri, untuk membeli ratusan juta dolar properti di negara lain, dan untuk memperkaya keluarga mereka sendiri, dengan mengorbankan warga negara mereka.”
ICIJ percaya penyelidikan itu “membuka kotak pada banyak hal” karena itu laporan tersebut diberi nama Pandora Papers.