TIKTAK.ID – Rusia dijadwalkan menggelar pemilihan parlemen pada 17-19 September, dan mengundang sejumlah pengamat dari berbagai negara, namun Departemen Luar Negeri AS mengklaim bahwa “pengamatan independen yang kredibel tidak mungkin” dilakukan.
Dilaporkan Sputnik, pada Jumat (10/9/21) Duta Besar AS di Rusia, John Sullivan tiba di Kementerian Luar Negeri Rusia setelah dipanggil. Sayangnya, Duta Besar tidak memberikan informasi apa pun kepada wartawan terkait hal yang dibicarakan. Sullivan berada di Kementerian sekitar 20 menit dan kemudian pergi.
Sebuah sumber diplomatik mengatakan kepada Sputnik bahwa Sullivan dipanggil karena campur tangan Amerika dalam pemilihan parlemen Rusia.
Pada saat yang sama, Kedutaan AS menyatakan bahwa utusan tersebut mengunjungi Kementerian untuk bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri, Sergei Ryabkov dan membahas pendekatan Presiden Biden untuk menstabilkan hubungan antara Moskow dan Washington.
“Pada Jumat 10 September, Duta Besar Sullivan bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov untuk membahas berbagai masalah bilateral untuk mendukung keinginan Presiden Biden agar hubungan yang stabil dapat dijalin dengan Rusia”, kata Jubir Jason Rebholz.
Sedangkan Jubir Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova juga mengatakan bahwa alasannya adalah campur tangan AS.
“Saya membaca tiga versi pemanggilan Duta Besar AS untuk Kementerian Luar Negeri Rusia. Bagaimanapun, Kemenlu memanggilnya, dan Kemenlu juga tahu alasan sebenarnya untuk itu. Hanya ada satu alasan –campur tangan dalam pemilihan Rusia. Kami berharap ini akan dilaporkan diplomat AS ke Washington. Dan tidak seperti yang tertulis dalam siaran pers dari Kedutaan AS, yang sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan”, ungkap Zakharova di Telegram.
Sebelumnya, Moskow menyarankan agar Rusia dan AS dapat mengembangkan beberapa dokumen yang mengikat secara hukum dan politik tentang stabilitas strategis, karena kedua negara telah berusaha untuk mencapai kesepakatan tentang masalah ini sejak KTT Jenewa pada Juni lalu.
KTT itu diadakan untuk menyelesaikan masalah-masalah mendesak antara kedua pihak meskipun hubungan Rusia-AS dalam situasi tegang.
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan mitranya dari AS, Joe Biden mengeluarkan pernyataan bersama yang menekankan bahwa kedua negara berencana untuk meluncurkan dialog bilateral yang komprehensif tentang stabilitas strategis dan memulai konsultasi tentang keamanan siber dan pengendalian senjata.