
TIKTAK.ID – Imbas perang dagang dan persaingan sengit dua negara besar, Amerika-China, kadang berkembang kemana-mana. Termasuk saling memunculkan ketakutan dan paranoia di antara keduanya, khususnya Amerika.
Kali ini, Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat (AS) menyatakan pihaknya akan terus menjaga armada dronenya untuk tidak terbang, kecuali dalam keadaan darurat. Hal ini guna meminimalisir ancaman bagi keamanan nasional melalui drone, terutama drone buatan China.
Seperti dilansir The Verge akhir Januari lalu, Departemen Dalam Negeri AS telah mendaratkan lebih dari 800 drone di bulan Oktober untuk mengurangi kekhawatiran bahwa mata-mata dan serangan siber China dapat dibantu oleh drone yang dibuat di China atau menggunakan onderdil dari China.
Baca juga: Saat Perundingan Pajak Digital, Kemauan Sepihak Amerika Ditentang Banyak Negara
Setelah berbulan-bulan dilakukan peninjauan, Departemen Dalam Negeri AS masih khawatir bahwa drone dapat menjadi ancaman potensial. Pihaknya juga mengatakan harus memastikan teknologi ini sedemikian rupa agar tidak membahayakan kepentingan keamanan nasional AS.
DJI, selaku raksasa drone asal Negeri Tirai Bambu mengaku sangat kecewa dengan keputusan Departemen Dalam Negeri AS. Menurutnya, tindakan ini akan menghentikan seluruh program drone pengintai yang pada dasarnya bergantung pada komponen global.
Perusahaan drone tersebut juga mengatakan telah membuat drone yang paling aman dan bisa dipercaya untuk industri komersil.
Baca juga: Dampak Besar Brexit Bagi Pergeseran Arah Tatanan Dunia Baru
DJI mengklaim keamanan produknya telah dirancang khusus dan telah diuji dan divalidasi secara independen oleh konsultan kemanan siber AS yang membuktikan tidak ada hubungannya dengan keamanan nasional AS.
Belum jelas sampai kapan larangan terbang ini akan diberlakukan oleh Departemen Dalam Negeri AS. Termasuk apakah nantinya akan diubah, dicabut, atau diganti dengan aturan baru lagi.