
TIKTAK.ID – Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora, Fahri Hamzah mengatakan bahwa dirinya ingin menulis surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi), Ketua DPR Puan Maharani, dan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman. Dia menyebut hal itu berkaitan dengan Pemilu 2024 karena Fahri menyematkan tanda pagar (tagar) #Selamatkan2024.
“#Selamatkan2024. Sebetulnya saya ingin menulis surat terbuka kepada para pemimpin negeri ini, terutama kepada para pemimpin lembaga2 tinggi negara; presiden @jokowi dan jajaran eksekutif, ketua @DPR_RI dan jajaran legislatif, serta ketua MK @officialMKRI jajaran yudikatif,” ujar Fahri melalui akun Twitter @Fahrihamzah, Kamis (5/5/22), seperti dilansir Sindonews.com.
Fahri mengklaim pesan penting ini harus ia sampaikan kepada para elite sebelum terlambat. Dia pun mengaku bingung, lantaran ada banyak sekali pesan yang ingin ia tuliskan. Akan tetapi, ia menggarisbawahi satu tema, yaitu #Selamatkan2024.
Baca juga : Silaturahmi ke PKS, Pengamat Sebut Sandiaga Masih Ingin Jajal Pilpres 2024
“Sebuah pesan penting yang harus kita sampaikan kepada elite kita sekarang juga sebelum terlambat. Saya bingung karena terlalu banyak judul yang ingin saya tuliskan. Sebab, terlalu banyak yang ingin saya katakan, dan menjadi terlalu banyak hestek yang ingin saya tuliskan: #Selamatkan2024,” cuit Fahri.
Kemudian mantan Wakil Ketua DPR tersebut mengatakan menuliskan tagar ini karena ada begitu banyak persoalan prinsipal yang harus dijernihkan dalam sistem politik dan ketatanegaraan Indonesia, yang mana efek kekeliruan dan kesalahan telah melahirkan efek domino dalam penyelenggaraan pemerintahan.
“Saya tulis #Selamatkan2024 sebagai titik tolak. Pasalnya, banyak hal yang harus kita jernihkan dari begitu banyak hal prinsipil dalam sistem politik dan ketatanegaraan kita, yang kekeliruan dan kesalahan di dalamnya telah melahirkan efek buruk berantai dalam penyelenggaraan pemerintahan,” tutur politikus asal Nusa Tenggara Barat (NTB) ini.
Baca juga : Kunjungi Ponpes Al-Anwar Rembang, Prabowo Salat dan Berdoa di Kamar Mbah Moen
Lebih lanjut, Fahri menganggap kesalahan dan kekeliruan ini terkesan dibiarkan begitu saja tanpa adanya upaya pemikiran ulang secara filosofis dan mendalam untuk segera dijernihkan.
“Kesalahan dan kekeliruan itu terlihat dilakukan pembiaran tanpa ada upaya memikirkan ulang secara filosofis dan mendalam untuk dijernihkan. Atau bila itu bukan pembenaran, maka mungkin kita bisa katakan semacam kekeliruan umum,” imbuhnya.