
TIKTAK.ID – Puluhan orang diduga tewas setelah pasukan keamanan di Myanmar menembaki pengunjuk rasa anti-kudeta di kota Bago, dekat Ibu Kota Yangon, seperti yang dilaporkan media, pada Sabtu (10/4/21).
Para saksi menyatakan bahwa pasukan mengepung para demonstran pada Jumat pagi, menggunakan senjata api dan granat senapan terhadap demonstran.
“Ini seperti genosida. Mereka menembaki setiap bayangan,” kata salah satu penyelenggara protes kepada outlet Myanmar Now.
Menurut Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP) Myanmar, kekerasan di Bago, sekitar 90 km timur laut Yangon, mengakibatkan sedikitnya 80 orang tewas. Namun, jumlah pasti korban tewas sulit ditentukan karena para tentara tersebut diduga menolak dan mengusir tim penyelamat yang berusaha mendekati mayat-mayat tersebut, seperti yang dilaporkan RTnews.
Koran Global New Light of Myanmar yang dikelola Pemerintah memberikan laporan kejadian yang sama sekali berbeda. Media itu mengatakan bahwa hanya satu “perusuh” yang terbunuh dan dua lainnya terluka, dengan dua petugas juga terluka.
Surat kabar tersebut menegaskan bahwa para demonstran lah yang diduga menyerang pasukan keamanan dengan senjata rakitan, bom molotov, panah, perisai, dan granat darurat, sehingga petugas tidak punya pilihan selain membela diri.
Myanmar dilanda kerusuhan sejak 1 Februari, ketika tentara menangkap pemimpin yang terpilih secara demokratis Aung San Suu Kyi dan pejabat tinggi lainnya atas klaim kecurangan Pemilu. Banyak orang di negara Asia Tenggara itu menolak kudeta dan turun ke jalan sebagai protes, tetapi menghadapi tindakan keras dari militer yang kejam.
Jika korban terakhir dikonfirmasi, maka korban tewas selama dua bulan demonstrasi bisa mencapai sekitar 700 orang, seperti yang dicatat oleh AAPP, yang dibantah oleh Pemerintah militer, bahwa tidak ada lebih dari 250 korban jiwa yang meninggal.
Pada Sabtu itu, antara 10 hingga 14 petugas dilaporkan tewas setelah aliansi milisi etnis Myanmar, yang mendukung pengunjuk rasa anti-kudeta, menyerang sebuah kantor polisi di daerah Naungmon di Negara Bagian Shan timur.
Ketegangan telah meningkat antara Pemerintah baru dan kelompok etnis bersenjata dalam beberapa pekan terakhir. Militer telah melancarkan serangan udara di daerah-daerah di bawah kendali mereka, yang mengakibatkan krisis pengungsi.