TIKTAK.ID – Penyerangan pasukan Israel terhadap jemaah di Masjid Al Aqsa pada Rabu (5/4/23) pekan lalu telah memicu ketegangan di kawasan itu. Untuk diketahui, pasukan Israel menyerbu Masjid Al Aqsa dalam sehari, melepaskan granat kejut, hingga memerintahkan umat Islam yang sedang beribadah untuk pergi.
Kompleks Al Aqsa memang acap kali menjadi titik bentrok antara pasukan Israel dan masyarakat sipil Palestina. Bentrokan tersebut pun tidak lepas dari sejumlah aksi provokasi di lingkungan Al Aqsa.
Melalui video eksklusif CNN langsung di Kompleks Al Aqsa, seorang jemaah Muslim mengatakan dirinya prihatin dengan kondisi saat ini.
“Ini merupakan tempat untuk beribadah. Bukan tempat provokasi maupun tempat pendudukan,” ujar jemaah bernama Um Kamal Al-Kurdi, seperti dilansir CNN Indonesia.
Tidak lama setelah itu, sekelompok orang Yahudi terlihat melintasi area luar Masjid Al Aqsa sambil dikawal oleh polisi Israel. Para jemaah di depan masjid lantas menanggapi dengan melantunkan ayat-ayat suci Al Quran.
Sementara itu, Direktur Jenderal Dewan Wakaf Yerusalem, Sheikh Azzam Khatib meminta pasukan Israel agar menjauh dari Masjid Al Aqsa.
“Saya telah memperingatkan pasukan Israel agar menjauh dari Masjid Al Aqsa, karena setiap kekerasan di sini akan berimbas kepada seluruh wilayah,” tutur Khatib.
Di depan gerbang Kompleks Al Aqsa, tampak sejumlah warga Yahudi radikal juga berkumpul sambil menyanyikan, “Kuil akan dibangun.. Kuil akan dibangun.”
Hal itu merujuk pada keyakinan Yudaisme, terkait penaklukan Al Aqsa atau Temple Mount (sebutan Al Aqsa versi Yahudi) sebagai simbol besar yang menandakan akhir zaman dalam nubuatan kitab suci.
Adapun desakan kelompok ekstrem Yahudi dalam beberapa waktu terakhir tak hanya ingin beribadah di dalam Temple Mount, melainkan juga membangun Kuil Ketiga sebagai tanda turunnya Mesias dalam kepercayaan Yahudi.
Kompleks Masjid Al Aqsa sendiri adalah tempat suci bagi tiga agama, yakni Islam, Yahudi (Yudaisme), dan Kristen. Bila umat Islam menjadi pemegang hak tunggal untuk beribadah di Masjid Al Aqsa, maka umat Yahudi hanya diperbolehkan memanjatkan doa-doa di sisi luar Tembok Barat atau Tembok Ratapan.
Walaupun Yordania punya wewenang sebagai penjaga situs suci Al Aqsa, tapi kontrol keamanan hingga izin keluar masuk kompleks ini dikendalikan oleh rezim Israel.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyampaikan komitmennya untuk tetap mempertahankan status quo. Akan tetapi, justru di bawah rezim sayap kanan Netanyahu, suara-suara ekstremis makin keras dan kuat.