
TIKTAK.ID – Wakil Presiden Komisi Eropa, Frans Timmermans mengakui bahwa program vaksinasi Uni Eropa dipenuhi dengan “kesalahan”. Sebab upaya vaksinasi di Benua Biru itu kini terganggu oleh kekurangan pasokan, serta tuduhan berulang tentang distribusi yang tak merata di tiap negara.
Pengakuan itu, disampaikan Timmermans dalam sebuah wawancara dengan harian Jerman Der Tagesspiegel, yang diterbitkan pada Minggu (14/3/21).
“Benar bahwa kesalahan dibuat saat memesan vaksin, baik oleh Brussel maupun oleh negara anggota,” katanya, seperti yang dilaprokan RTnews, Selasa (16/3/21).
Namun, ia menambahkan bahwa terlalu dini untuk menarik kesimpulan apa pun, dan saat ini prioritasnya adalah memastikan bahwa “seluruh Eropa mendapat vaksin”, tegas pejabat itu.
“Saya siap untuk mengambil stok di akhir pandemi. Kemudian kami dapat melihat kesalahan apa yang kami lakukan dan apa yang kami lakukan dengan benar,” tambah Timmermans.
Meski ia mengakui bahwa pendekatan UE terhadap vaksinasi Covid-19 paling menguntungkan “negara-negara kaya” seperti Jerman, namun Timmermans masih mengatakan bahwa pemesanan vaksin bersama tingkat UE adalah hal yang benar untuk dilakukan.
Pengakuan Timmermans terjadi ketika upaya vaksinasi UE, telah terlambat dari jadwal, dan mengalami masalah baru. Pada Jumat kemarin, salah satu pemasok utama blok itu, raksasa farmasi Inggris-Swedia AstraZeneca, memperingatkan bahwa pengiriman vaksin lebih lanjut diperkirakan akan tertunda. Raksasa farmasi itu menyebut keterlambatan itu karena gangguan pada masalah produksi, serta pembatasan ekspor.
“Sayangnya, pembatasan ekspor akan mengurangi pengiriman pada kuartal pertama, dan kemungkinan akan memengaruhi pengiriman pada kuartal kedua,” kata AstraZeneca dalam sebuah pernyataannya.
Perusahaan mengalami kesulitan untuk memenuhi komitmennya kepada UE, dan memangkas hingga lebih dari setengah jumlah yang awalnya disepakati sebesar 80 juta dosis pada kuartal pertama.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengungkapkan minggu ini bahwa perusahaan farmasi telah mengirimkan kurang dari 10% dari jumlah dosis vaksin yang disepakati.
Distribusi pasokan vaksin yang langka di antara negara-negara anggota UE juga telah berulang kali mendapat hujan kritik. Tuduhan distribusi “tidak adil” juga dilontarkan oleh Kanselir Austria Sebastian Kurz, yang menuduh bahwa beberapa kesepakatan di bawah meja antara anggota UE tertentu dan perusahaan farmasi mungkin telah terjadi.
“Ada indikasi bahwa apa yang disebut bazaar terjadi di sana, di mana kesepakatan ekstra antara negara anggota dan perusahaan farmasi tercapai,” kata Kurz.
Meskipun ada kesepakatan dengan Brussel untuk mendistribusikan vaksin secara proporsional, “pengiriman tidak sesuai dengan populasi”, tambahnya.
Klaim kanselir itu dibantah oleh Kementerian Kesehatan Austria sendiri, dengan Sekretaris Jenderalnya, Ines Stilling, bersikeras bahwa proses distribusi mengikuti “negosiasi yang sangat seimbang dan transparan”.