
TIKTAK.ID – Presiden Venezuela, Nicolas Maduro mengklaim bahwa para ilmuwan di negaranya telah mampu merancang “antivirus yang sangat efektif” menghancurkan virus Corona tanpa efek samping. Obat tersebut, dia bilang akan diserahkan ke WHO untuk sertifikasi.
“Saya ingin mengatakan bahwa Venezuela telah mengembangkan obat yang mampu memusnahkan 100 persen virus Corona,” kata Maduro pada Minggu (25/10/20). Dia menggambarkannya sebagai “antivirus yang sangat efektif”.
Dikutip dari RTnews, obat itu dirancang oleh Institut Penelitian Ilmiah Venezuela (IVIC), yang telah bekerja untuk menyembuhkan virus selama enam bulan terakhir, katanya.
Dia menjelaskan, bahwa penawar itu didasarkan pada molekul yang disebut TR-10, yang diisolasi dan, ketika diadu melawan virus, membuktikan keefektifan yang absolut.
Presiden 57 tahun itu mengatakan bahwa studi tersebut telah ditinjau oleh para ahli dan ilmuwan, dan akan dipresentasikan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehingga dapat mensertifikasi temuannya.
Maduro mengatakan Venezuela berharap “untuk menawarkan perawatan ini kepada dunia”, memberi selamat kepada IVIC atas “kontribusi besar ini bagi kemanusiaan”. Produksi massal obat itu akan difasilitasi melalui “aliansi internasional”, katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Obat yang baru dikembangkan itu benar-benar aman, kata institut itu, dan mereka mengklaim obat tersebut “tidak memengaruhi molekul sehat dalam tubuh” dan tidak menghasilkan efek samping apa pun.
Studi tersebut dilakukan pada sel virus yang diisolasi dari pasien virus Corona Venezuela, kata Menteri Sains dan Teknologi, Gabriela Jiménez.
Molekul tersebut adalah turunan asam ursolat, yang “telah menunjukkan 100 persen penghambatan replikasi virus secara in vitro [di luar organisme hidup],” katanya, seperti dikutip oleh Kantor Berita EFE.
Awal bulan ini, Venezuela menjadi negara Amerika Latin pertama yang menerima vaksin Sputnik V Covid-19 Rusia. Sekitar 2.000 orang diharapkan akan mulai diimunisasi di Venezuela sebagai bagian dari uji coba fase III. Vaksin itu terdaftar di Rusia pada Agustus, dan menjadi vaksin Covid-19 pertama yang terdaftar di dunia.










