
TIKTAK.ID – Mantan CEO Twitter, Jack Dorsey memaparkan kesalahan Twitter ketika era pimpinannya. Dia mengatakan menentang ban atau pemblokiran akun secara permanen.
“Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya tak percaya blokir permanen dalam bentuk apa pun (terkecuali aktivitas ilegal) merupakan sesuatu yang benar, atau dapat dibenarkan,” terang Jack Dorsey pada Sabtu (30/4/22), seperti dilansir CNN Indonesia.
Jack Dorsey tak secara gamblang menyebutkan pemblokiran yang dimaksud. Akan tetapi seperti dilaporkan Indian Express pada Minggu (1/5/22), kemungkinan besar cuitan tersebut soal mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Untuk diketahui, akun Twitter Trump diblokir secara permanen usai terjadi kerusuhan pada 6 Juni 2021 silam. Saat itu, Trump yang punya sebanyak 88 juta pengikut dinilai telah menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian. Selain itu, Twitter juga sempat memblokir sementara akun The New York Post, usai menerbitkan artikel mengenai laptop Hunter, anak Presiden AS Joe Biden.
Kemudian Dorsey menyatakan bahwa Twitter selalu berupaya untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi. Dia pun menyebut setiap keputusan yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut, sepenuhnya tanggung jawab Dorsey.
Dorsey mengaku ada sejumlah masalah dapat diperbaiki dengan cepat. Namun ada juga yang memerlukan solusi berupa perubahan struktural besar-besaran, sehingga membutuhkan waktu lebih lama. Terkait masalah-masalah struktural itu, Dorsey menilai kegagalan terbesarnya yakni tidak menanggapi masalah dengan cukup cepat.
“Ada beberapa hal bisa segera diperbaiki. Sementara yang lain membutuhkan pemikiran dan penerapan ulang seluruh sistem,” cuit Jack Dorsey dalam utas yang sama.
“Jadi penting bagi saya, bagi kita untuk memperoleh umpan balik kritis dalam segala bentuk. Penting juga mendapatkan ruang dan waktu guna mengatasinya. Semua itu mesti dilakukan di depan umum,” imbuhnya.
Sekadar informasi, pada 29 November 2021, Jack Dorsey telah mengumumkan mundur dari CEO Twitter. Dia lantas menunjuk Parag Agrawal untuk menggantikannya sebagai CEO Twitter.
Melalui email Dorsey kepada staf yang kemudian dia bagikan ke publik lewat kicauannya, dia meyakini Twitter yang dipimpin oleh pendiri bakal sangat membatasi. Dia juga menganggap hal itu merupakan satu titik kegagalan.