
TIKTAK.ID – Partai Golongan Karya (Golkar) telah genap berusia 58 tahun pada Kamis (20/10/22). Akan tetapi, Golkar terus mengalami penurunan suara pada Pemilu era Reformasi.
Partai Golkar terakhir menang dalam pemilihan umum (Pemilu) pada 2004 silam. Itu pun dengan perolehan suara yang mengalami penurunan daripada Pemilu sebelumnya, yakni semula 22,43 persen di Pemilu 1999 menjadi 21,57 persen suara. Setelah itu, Golkar kerap menjadi partai nomor dua dan perolehan suaranya juga terus tergerus.
Menurut Direktur Eksekutif KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo, kelemahan Golkar yang membuat gagal menang di tiga edisi Pemilu terakhir lantaran tak punya tokoh sentral seperti parpol lain. Dia mencontohkan PDIP memiliki Megawati Soekarnoputri, Gerindra dengan Prabowo Subianto, Partai NasDem dengan Surya Paloh, dan Partai Demokrat dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca juga : Moeldoko: Radikalisme Meningkat Jelang Pemilu 2024
“Golkar ini enggak punya tokoh sentral di nasional. Tokoh mereka lebih banyak di daerah yang kemudian memelihara elektabilitas Golkar,” ungkap Kunto, seperti dilansir CNNIndonesia.com, pada Rabu (19/10/22).
Kunto mengatakan bahwa karakteristik politik Indonesia dewasa ini, parpol harus memiliki tokoh sentral. Dia menilai hal itu bakal mempermudah pemilih untuk mengidentifikasi partai tersebut. Dia menganggap penting keberadaan tokoh sentral dalam sebuah parpol karena parpol bersifat abstrak.
“Partai abstrak, platform partai abstrak, dan visi misi partai abstrak. Namun jika ada tokoh, maka lebih mudah membayangkan partai dengan personifikasi tokoh itu. Gerindra ya seperti Prabowo, tegas,” terang Kunto.
Baca juga : Kominfo Bakal Tutup FB, Google dan TikTok Bila Sebar Hoaks Pemilu
“Dengan begitu, lebih mudah bagi pemilih punya asosiasi personalitas terhadap sebuah partai,” imbuhnya.
Kunto menyatakan ketiadaan tokoh sentral menyulitkan masyarakat untuk mengidentifikasi Partai Golkar. Dia pun berpendapat situasi di Partai Golkar sekarang mirip dengan situasi yang terjadi di Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Tidak hanya itu, Kunto menyebut sejarah kelam Orde Baru turut menjadi penyebab Golkar belum berhasil menang lagi dalam tiga Pemilu terakhir. Dia menerangkan, Golkar dianggap memiliki dosa politik selama Soeharto berkuasa.
Baca juga : Bertemu Tony Blair di Istana, Apa yang Dibahas Jokowi?
Meski begitu, kata Kunto, Golkar berpeluang meraih kemenangan kembali pada Pemilu 2024 mendatang. Dia menjelaskan, terbuka kemungkinan bagi pemilih PDIP dan Gerindra pindah memilih Partai Golkar di Pemilu 2024 nanti.