TIKTAK.ID – Presiden Rusia, Vladimir Putin mengecam larangan vaksin COVID produksi Rusia di beberapa negara meskipun terbukti vaksinasinya sangat manjur. Ia menekankan bahwa pembatasan seperti itu tidak masuk akal dan bermotivasi politik.
Putin menegaskan bahwa Rusia siap menggenjot produksi vaksin dan mengundang negara lain untuk mendapatkan suntikan vaksinasi virus Corona.
“Izinkan saya mengingatkan Anda bahwa vaksin Rusia diakui sebagai yang paling aman dan paling efektif. Efektivitasnya lebih dari 96 persen. Dan menurut otoritas kami, tidak ada catatan kematian akibat penggunaan vaksin tersebut”, kata Putin dalam pidatonya di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF), seperti yang dilaporkan Sputniknews, (4/6/21).
Ia menduga beberapa negara tampaknya tidak mengutamakan untuk melindungi warganya sendiri dari pandemi.
Presiden Rusia itu juga menambahkan bahwa hingga saat ini hanya 10 persen dari populasi dunia yang mendapatkan suntikan vaksinasi, bahkan menurut catatannya, ada ratusan juta orang yang tidak memiliki akses ke vaksin jenis apa pun.
Pada saat yang sama, Putin menggarisbawahi bahwa dunia sedang pulih setelah krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi tahun lalu.
Sputnik V, merupakan vaksin pertama yang terdaftar secara resmi melawan virus Corona baru di dunia, dan telah disertifikasi di 66 negara yang mencakup lebih dari 3 miliar orang, serta telah membuktikan kemanjurannya lebih dari 91,6 persen.
Namun, penyebaran vaksin tersebut menghadapi berbagai kendala, yang oleh Moskow dianggap sebagai bagian dari pertarungan politik. Hal itu tentu saja sangat tidak pantas di tengah pandemi global.
Badan Obat Eropa sebenarnya sudah meninjau Sputnik V sejak 4 Maret lalu dan masih belum memberikan jawaban. Beberapa negara Uni Eropa lainnya, seperti Slovakia dan Hungaria, telah menyetujui menggunakan pengobatan Rusia itu tanpa menunggu otorisasi EMA, sementara Bavaria telah meneken pesanan awal untuk pengiriman potensial, setelah akhirnya vaksin dapat disertifikasi.
Namun, produsen vaksin bentrok dengan regulator kesehatan di Brasil Anvisa, karena menunda otorisasi obat dan melarangnya diimpor oleh otoritas regional. Hal ini mengakibatkan protes besar dan gugatan pencemaran nama baik, karena produsen Sputnik V menuduh agen Brasil menyebarkan informasi palsu tentang vaksin.