TIKTAK.ID – Presiden Brasil, Jair Bolsonaro memprediksi ada tiga alternatif untuk dirinya di masa depan, yaitu: penjara, dibunuh atau memenangkan kembali pemilihan presiden tahun depan.
Dalam jajak pendapat, pemimpin populis sayap kanan itu membuntuti mantan Presiden sayap kiri, Luiz Inácio Lula da Silva.
“Saya memiliki tiga alternatif bagi masa depan saya: ditangkap, dibunuh, atau menang,” katanya kepada para pemimpin evangelis, seperti yang dilansir BBC.
Tetapi mantan perwira militer itu menambahkan bahwa tidak ada kemungkinan dipenjara karena “tidak ada seorang pun di Bumi yang akan mengancam saya”.
Sebelumnya, Bolsonaro hampir ditikam sampai mati saat kampanyenya pada 2018. Pernyataannya itu muncul di tengah ketegangan sengit antara dia dan otoritas peradilan terkait Pemilu negara itu.
Presiden berusia 66 tahun itu, berharap dapat menjabat untuk kedua kalinya pada tahun depan, namun ia mempertanyakan sistem pemilihan elektronik yang akan dipilih untuk pemilhan di Brasil dan mengancam tidak akan menerima hasil pemilihan presiden tahun depan, karena pemilihan itu menggunakan sistem elektronik.
Pada Rabu kemarin, Kepala Pengadilan Pemilihan Brasil bersikeras tidak ada masalah dengan sistem pemungutan suara elektronik.
Namun pada pertemuan dengan para pemimpin Kristen pada Sabtu (28/8/21), Bolsonaro menolak untuk menarik kritiknya terkait dengan pemungutan suara elektronik yang dianggapnya rawan kecurangan.
“Kami memiliki presiden yang tidak menginginkan atau memprovokasi perpecahan, tetapi semuanya memiliki batas dalam hidup. Saya tidak bisa terus hidup dengan ini,” katanya.
Presiden mendesak para pemimpin evangelis untuk bergabung dengan demonstrasi nasional yang direncanakan pada 7 September untuk mendukungnya menolak pemungutan suara dengan sistem elektronik.
Pada Jumat kemarin, sekitar 150 masyarakat adat memprotes di depan Istana Kepresidenan Bolsonaro menjelang keputusan Mahkamah Agung utama di tanah leluhur mereka.
Bolsonaro mendukung pengurangan hak-hak masyarakat adat, dengan mengatakan bahwa hal itu adalah penghalang bagi ekspansi pertanian.
Sementara Bolsonaro juga harus berjibaku dengan virus Corona, yang telah menewaskan lebih dari setengah juta orang Brasil. Tak hanya itu, negaranya juga harus berjuang dengan inflasi yang tinggi, kelaparan, dan pengangguran.