
TIKTAK.ID – WNI Eks ISIS, Aleeyah Mujahid, bukan nama sebenarnya, mengatakan bersyukur jika Pemerintah Indonesia mau memulangkan dia dan kawan-kawannya yang kini berada di kamp pengungsian di Rojava, Suriah.
Menurut Aleeyah, sudah sekitar 2 tahun ia dan 13 WNI lainnya tinggal di kamp itu. Ia mengaku terus berdoa dan berharap bisa keluar dari wilayah itu ke tempat yang lebih baik.
“Kalau jawabannya pulang ke Indonesia, alhamdulillah,” ujar Aleeyah melalui media sosial, dilansir Tempo.co, Jumat (7/2/20).
Aleeyah sendiri memutuskan pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS pada Desember 2015.
“Tujuan gue? Kehidupan yang lebih baik. Better life di kacamata gue bukan soal ekonomi, tapi keselamatan agama gue,” tutur Aleeyah.
Sebelum berangkat ke Suriah, Aleeyah membekali diri dengan mencari situs konsultasi mengenai Islam. Hingga pada Agustus 2015, pencariannya itu menyasar ke sebuah situs dari ISIS yang membahas soal hijrah.
Aleeyah menilai gaya bahasa dan tulisan yang ISIS umbar di media sebagai nilai jual dan daya tarik mereka memang cantik. Ia pun mempertanyakan, apakah hal itu merupakan jawaban dari kebimbangan dan pencariannya selama ini.
Ia kemudian mulai menyiapkan keberangkatan pertamanya ke luar negeri sendirian. Mulai dari membuat paspor, mencari tiket pesawat, memesan hotel, dan mendapatkan visa Turki.
Orang tua Aleeyah tahu bahwa ia akan pergi ke Turki. Namun orang tuanya tidak tahu bahwa ia tak berencana kembali ke Indonesia. Lulusan Universitas Muhammadiyah itu dibekali uang ratusan dolar oleh orang tuanya.
“Tapi gue sebenarnya ngantongin lebih,” ucapnya.
Pada 8 Desember 2015 dinihari, Aleeyah meninggalkan Jakarta menuju Istanbul, Turki, dan mencari kontak pemuda yang bisa membantunya menyeberang ke Suriah bagian wilayah ISIS. Kontak pemuda itu menjamur di Twitter.
Selama lima bulan menjalani kehidupan di bawah ISIS, ekspektasi tinggi ia dan suaminya tentang kehidupan ‘ala minhaj annubuwwah dibayar kekecewaan. Ia menjelaskan, kebobrokan ISIS mulai tampak setelah kejatuhan Mosul pada akhir Oktober atau awal November 2016. Ia pun melihat masih banyak kebohongan dan kezaliman yang menjamur.
Setelah lebih dari satu tahun tinggal di Albu Kamal, Aleeyah bersama suami dan anaknya pindah ke Baghouz, sekitar 12 kilometer dari tempat tinggal sebelumnya. Beberapa bulan sebelum hengkang dari wilayah tersebut, ISIS digempur habis-habisan.
Suami Aleeyah meminta Aleeyah membawa anak mereka dan keluar lebih dulu lewat jalur resmi. Pada Desember 2017, Aleeyah dan anaknya, bersama sejumlah perempuan di sana akhirnya diangkut dengan truk.
Namun, truk yang ditumpangi Aleeyah disetop oleh sekumpulan orang berseragam tentara dengan emblem YPG, organisasi militer Partai Persatuan Demokratik di Suriah yang mengendalikan sebagian besar wilayah Rojava.
Aleeyah enggan menceritakan kejadian miris yang dialaminya ketika itu, sampai akhirnya ia dipindahkan ke kamp pengungsian Rojava.