TIKTAK.ID – Belakangan ini Dani Alves menjadi sorotan, lantaran aksinya hampir saja membuat dua bintang Brasil, Raphinha dan Pedro, mengalami cedera jelang pertandingan Piala Dunia 2022.
Untuk diketahui, Timnas Brasil berada di Italia untuk mulai berlatih bersama. Latihan tersebut dilakukan sebelum mereka terbang ke Qatar demi mengusung mimpi memburu gelar Piala Dunia keenam dalam sejarah mereka.
Lantas dalam masa persiapan itu, penampilan Dani Alves saat menjalani latihan mendapat sorotan tajam. Kemudian rekaman aksi brutal Dani Alves menyebar di dunia maya.
Seperti dilansir CNN Indonesia, momen pertama aksi brutal Dani Alves yakni ketika Timnas Brasil tengah melakukan rondo alias kucing-kucingan. Pada momen tersebut, Dani Alves tampak melancarkan tekel yang menghantam kaki kiri Raphinha.
Pemain Barcelona itu pun terpincang-pincang dan mengecek kondisi kakinya. Setelah itu Dani Alves berusaha meminta maaf dengan mengulurkan tangan.
Akan tetapi tak lama setelahnya, giliran Pedro yang menjadi korban tekel brutal Dani Alves. Dani Alves melakukan tekel dari arah belakang, saat sedang berduel untuk memperebutkan bola dengan Pedro. Tekel Dani Alves rupanya menghantam pergelangan kaki Pedro. Untungnya Raphinha dan Pedro tidak mengalami cedera akibat aksi tersebut.
Untuk diketahui, Dani Alves merupakan pemain tertua di skuad Brasil dengan usia 39 tahun.
Dani Alves sendiri telah berhasil mengantar Brasil juara Copa America dan Olimpiade, tapi belum pernah membawa Brasil juara Piala Dunia. Sementara capaian terbaik Dani Alves bersama Brasil yaitu semifinal Piala Dunia 2014 ketika Selecao kalah dengan skor 1-7 dari Jerman di babak semifinal.
Lebih lanjut, media Brasil Ge.globo.com melaporkan bahwa Dani Alves kini sedang diselidiki karena menerima uang sebesar 6 juta reais (sekitar Rp17 miliar) dari sebuah organisasi non-Pemerintah. Penyelidikan tersebut dilakukan oleh Kantor Kejaksaan Federal Brasil.
“Kantor Kejaksaan Federal Brasil tengah menyelidiki Alves karena menerima 6 juta reais dari sebuah organisasi non-Pemerintah yang tak memenuhi semua persyaratan khusus,” demikian laporan Ge, mengutip Kompas.com dari Diario AS.
Sedangkan menurut laporan dari Marca, ada kecurigaan terkait pola pengambilalihan organisasi non-Pemerintah yang sudah tidak aktif oleh para pemain. Para pemain pun disebut-sebut melakukan hal itu untuk menghindari persyaratan hukum demi menerima dana publik.