TIKTAK.ID – Khawatir dengan ancaman AS, China kini berupaya memperluas persenjataan nuklirnya, seperti yang dilaporkan Wall Street Journal, pada Sabtu (9/4/22).
Outlet itu melaporkan bahwa pemimpin China membuat keputusan strategis untuk memperkuat negara itu dengan nuklir, jauh sebelum konflik di Ukraina. Namun, peristiwa terbaru di Eropa, serta retorika yang semakin konfrontatif antara Beijing dan Washington atas Taiwan, mendorong percepatan program tersebut, seperti yang dilansir Russian Today.
Sebagai bukti lebih lanjut dari klaim yang dibuat, media tersebut kemudian mengutip citra satelit lebih dari 100 silo rudal yang dicurigai ditempatkan di salah satu wilayah barat China, di mana peningkatan aktivitas telah terdeteksi. Surat kabar itu menduga bahwa fasilitas ini dapat menampung rudal jarak jauh DF-41 baru China, yang mulai beroperasi pada 2020. Rudal jenis ini dapat membawa hulu ledak nuklir dan mampu mencapai daratan AS, tulis laporan itu.
Journal juga mengklaim bahwa sampai saat ini Pemerintah China belum melihat perluasan kemampuan nuklirnya sebagai prioritas utama, mengingat senjata semacam itu tidak banyak nilainya di sebagian besar perang lokal dan konvensional. Namun, sikap permusuhan Pemerintahan Trump terhadap China menjadi titik balik yang membuat para pemimpin di Beijing mempertimbangkan kembali pentingnya senjata nuklir.
Menurut sumber yang dikutip dalam laporan Journal, pihak berwenang China sekarang mencurigai bahwa permainan akhir Washington adalah penggulingan Partai Komunis China, dan bahwa AS mungkin bersedia mengambil risiko lebih besar untuk menghentikan kebangkitan China. Selain itu, Beijing dilaporkan khawatir bahwa Washington dapat menggunakan nuklirnya jika konflik militer pecah di Taiwan.
Sebuah sumber anonim mengatakan kepada surat kabar itu bahwa petinggi China menganggap persenjataan nuklir mereka terlalu ketinggalan zaman untuk digunakan sebagai pencegah yang berarti terhadap potensi serangan nuklir Amerika.
“Kemampuan nuklir China yang lebih rendah hanya dapat menyebabkan meningkatnya tekanan AS terhadap China,” kata satu orang yang mengaku dekat dengan kepemimpinan China kepada wartawan Amerika.
Laporan itu juga mengasumsikan bahwa Beijing tidak berencana untuk mengembangkan kemampuan nuklirnya melebihi apa yang diperlukan untuk memastikan kepentingan keamanannya. Selain itu, masih menurut laporan itu, China tetap berkomitmen untuk tidak menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu.
Laporan tersebut ditutup dengan mengutip seorang pensiunan pejabat militer China, yang mengatakan bahwa “tidak peduli bagaimana situasi berkembang di masa depan, dunia akan lebih konfrontatif”, yang berarti bahwa “China pasti perlu mempertahankan pencegahan nuklir”.
China tidak mempublikasikan rincian persenjataan nuklirnya dan sejauh ini menolak untuk terlibat dalam pembicaraan pengendalian senjata nuklir dengan AS, bersikeras bahwa Washington harus memotong inventaris nuklirnya sendiri terlebih dahulu.