TIKTAK.ID – Di awal penunjukan Stafsus Milenialnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyatakan ketujuh orang staf khusus yang dia perkenalkan ke publik di Istana, Jakarta pada November 2019 tersebut akan menjadi “teman diskusi”, “memberikan gagasan-gagasan segar yang inovatif”; sehingga dapat membantu memajukan negara dengan “cara-cara yang out of the box”.
Stafsus Milenial itu yakni Adamas Belva Syah Devara, Putri Indahsari Tanjung, Andi Taufan Garuda Putra, Ayu Kartika Dewi, Gracia Billy Mambrasar, Angkie Yudistia, dan Aminudin Ma’ruf.
Kini telah hampir setahun para Stafsus Milenial itu mendampingi Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Akan tetapi, peneliti dari Indo Strategic Research and Consulting, Arif Nurul Imam menyebut ekspektasi Jokowi saat memperkenalkan mereka tampaknya belum terpenuhi.
Baca juga : Megawati Minta Prabowo Belanja Banyak Kapal Perang
Menurut Iman, bisa saja mereka menciptakan konsep dan ide yang bisa dibilang cemerlang untuk dieksekusi Presiden. Akan tetapi, ia menilai ide tersebut sulit direalisasikan karena kewenangan mereka memang terbatas dan tidak didukung oleh kekuatan politik lain.
“Kita tak bisa berharap karena Staf Khusus Milenial tak memiliki wewenang lebih. Meski pada awalnya Jokowi berharap ada terobosan, tetapi secara riil politik memang berat dan susah. Sebab, mereka kalah kuat dengan oligarki yang mengitari Presiden,” ujar Iman, seperti dilansir Tirto.id, Rabu (21/10/20) pekan lalu.
Ia mencontohkan, Angkie Yudistira, seorang penyandang disabilitas, semestinya bisa mendorong berbagai kebijakan pro-disabilitas. Namun, kata Iman, yang terjadi ia justru mundur lewat UU Cipta Kerja yang diusulkan Pemerintah.
Baca juga : Ganjar Pranowo Tertinggi di Survei Pilpres 2024, PKS: Dia Diuntungkan Ceruk Jokowi
“Sebaliknya, banyak pihak menilai Stafsus Milenial tidak mumpuni dan konflik kepentingan,” tutur Iman.
Halaman selanjutnya…