
TIKTAK.ID – Beijing tuduh Canberra berusaha “mengalihkan perhatian publik” dari dugaan kejahatan perang tentaranya di Afghanistan setelah Canberra menyatakan kemarahannya atas tweet kementerian Luar Negeri China yang disebut sebagai sesuatu yang “menjijikkan”.
Dilansir dari BBC, Australia menuntut permintaan maaf kepada China karena telah membagikan gambar palsu seorang tentara Australia yang membunuh seorang anak Afghanistan.
Namun, Beijing kini malah menuduh Australia berusaha “menyalahkan China atas memburuknya hubungan bilateral” kedua negara.
Hubungan terbaru antara kedua negara terjun ke titik terendah dalam beberapa hari terakhir.
Tweet yang dituduhkan menggunakan gambar palsu itu diposting sebagai tanggapan atas laporan yang memberatkan bulan lalu tentang dugaan kejahatan perang Australia.
Angkatan Bersenjata Australia mengatakan telah menemukan “informasi yang sulit dipercaya” bahwa 25 tentara Australia terlibat dalam pembantaian 39 warga sipil dan tahanan Afghanistan antara 2009 dan 2013.
Pada Senin kemarin, China turut mengecam temuan itu –yang kini dalam penyelidikan polisi- namun gambar yang dibagikan oleh Jubir Kementerian Luar Negeri, Lijian Zhao telah memicu reaksi marah di Canberra dan sekitarnya, karena bukan gambar sesungguhnya dari kejahatan tentara Australia itu.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan Beijing harus “benar-benar malu” karena menyebarkan citra “menjijikkan”, dan dia menuntut permintaan maaf dari Beijing.
Tweet itu juga direspons Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern yang menyampaikan keprihatinannya atas ulah Beijing.
“Itu adalah posting yang tidak benar, dan tentu saja itu akan menjadi perhatian kami. Jadi itu adalah sesuatu yang kami kemukakan secara langsung dengan cara yang dilakukan Selandia Baru ketika kami memiliki kekhawatiran seperti itu,” kata Ardern kepada wartawan di parlemen di Ibu Kota Wellington.
Namun dalam tanggapannya pada Selasa (1/12/20), Kedutaan Besar China di Australia menyerang pernyataan Morrison tanpa memenuhi permintaan maafnya.
“Tuduhan yang dibuat hanya untuk melayani dua tujuan. Yang pertama untuk mengalihkan perhatian publik dari kekejaman yang mengerikan yang dilakukan oleh tentara Australia. Yang lainnya untuk menyalahkan China atas memburuknya hubungan bilateral. Mungkin ada upaya lain untuk memicu nasionalisme domestik,” katanya dalam sebuah pernyataannya.
“Ini nasihat kami agar pihak Australia menghadapi kejahatan yang dilakukan oleh tentaranya di Afghanistan, meminta pertanggungjawaban para pelaku dan membawa keadilan kepada para korban,” tambah pernyataan itu.
Hubungan bilateral antara China dan Australia sangat tegang pada tahun ini setelah Canberra memimpin seruan untuk menyelidiki asal-usul pandemi Covid-19.
Beberapa bulan lalu, dua koresponden terakhir yang bekerja untuk media Australia di China dievakuasi atas saran para diplomat.
Baru-baru ini dua akademisi Australia juga dilarang memasuki China.
Ada juga dugaan lain tentang campur tangan Beijing dalam urusan Australia sementara ketegangan ekonomi terus meningkat dengan penghentian perdagangan dan tarif yang diberlakukan oleh China, termasuk tarif masuk hingga 200% untuk anggur dari Australia.