TIKTAK.ID – Dua pekan lalu, lebih dari selusin delegasi diplomat dan duta besar Eropa mendarat di Israel untuk membahas situasi di Tepi Barat. Namun, suasana pada pertemuan itu dilaporkan jauh dari kesan pertemuan diplomatis.
Pertemuan antara pejabat Kementerian Luar Negeri Israel dan delegasi diplomatik Eropa itu berubah menjadi adu mulut ketika mereka mencoba membahas situasi di Tepi Barat dan perlakuan Israel terhadap warga Palestina, seperti yang dilaporkan Walla News, mengutip tiga diplomat Eropa dan Israel, seperti yang dilaporkan Sputniknews, Jumat (7/1/22).
Menurut laporan media itu, delegasi Eropa yang dipimpin Inggris tiba di Yerusalem untuk mengajukan protes terhadap perlakuan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat, terutama menyuarakan keprihatinannya tentang kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Selain itu, para pejabat dikatakan juga menyampaikan keberatannya terhadap rencana pembangunan baru permukiman Israel dan masalah lainnya.
Kekhawatiran disampaikan terkait upaya pembangunan permukiman Israel di daerah E1 yang kontroversial sebab berada antara Yerusalem dan permukiman Ma’ale Adumim, bersama dengan rencana pembangunan di lingkungan Givat Hamatos di Yerusalem Timur.
Kekhawatiran delegasi, mendapat sedikit apresiasi dari Aliza Bin Noun -mantan Dubes Israel untuk Prancis, sekarang menjabat sebagai Direktur Departemen Urusan Eropa di Kementerian Luar Negeri, yang ikut ambil bagian dalam pertemuan itu.
“Setelah semua yang dilakukan pemerintah baru Israel untuk Palestina, Anda datang untuk mengeluh?” teriaknya kepada pejabat Eropa. “Kalian membuatku marah!”
Para diplomat Eropa yang berpartisipasi dalam pertemuan itu menceritakan kepada Walla News bahwa suasana pertemuan itu dengan cepat menjadi tidak terkendali dan memburuk. Beberapa pejabat mencoba untuk menenangkan situasi namun gagal, dan diskusi berakhir dengan “krisis besar”.
Israel menyambut pemerintahan baru Juni lalu. Tak lama setelah dilantik, otoritas baru mengumumkan ribuan izin bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza untuk bekerja di Israel dan menyetujui banyak aplikasi pembangunan di Area C Tepi Barat -sebuah langkah yang belum pernah terlihat selama bertahun-tahun, seperti dicatat oleh The Times of Israel.
Pada akhir Oktober, Israel mengumumkan rencana untuk membangun lebih dari 3.000 unit permukiman baru di Tepi Barat. Rencana itu mendapat kecaman dari Amerika Serikat, dengan Jubir Departemen Luar Negeri Ned Price mengecam proyek itu sebagai “sama sekali tak konsisten dengan upaya untuk menurunkan ketegangan dan untuk memastikan ketenangan, dan merusak prospek solusi dua negara”.
Wilayah Tepi Barat yang dikendalikan oleh Israel dilihat oleh Palestina sebagai bagian dari negara masa depan mereka. Sementara Tel Aviv menghadapi tuduhan dari kritikus dituding “mencuri” tanah itu, mereka berpendapat bahwa tanah itu tidak pernah dimiliki secara pribadi. Selain itu, Israel memandang Tepi Barat secara historis sebagai bagian dari tanah Yahudi.