TIKTAK.ID – Sebuah tes stres yang dilakukan oleh Badan Pertahanan Sipil Jerman, BBK, menemukan bahwa semua layanan penting akan terpengaruh kekurangan pasokan gas akibat dari penerapan sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia.
Surat kabar Die Welt meninjau kembali latihannya pada Selasa kemarin di tengah seruan agar Berlin berhenti membeli energi dari Rusia sebagai bagian dari sanksi dan tanggapan atas aksi militer Moskow yang sedang berlangsung terhadap Ukraina, seperti yang dilansir RT.
Latihan manajemen krisis dua hari Lukex 18, yang melibatkan beberapa negara bagian di Jerman selatan, menemukan bahwa kekurangan pasokan gas akan “berdampak drastis pada kehidupan publik”, termasuk penutupan fasilitas publik dan swasta.
Gangguan pasokan juga akan menyebabkan “konsekuensi yang luas dan sulit diprediksi untuk sektor jasa dan produksi barang”, menurut BBK.
BBK memperingatkan kekurangan personel karena orang tidak akan bisa mengantar anak-anak mereka ke pusat penitipan anak, sementara rumah sakit dan panti jompo mungkin akan mengalami kesulitan menyiapkan makanan.
“Demikian pula, sejumlah besar penyakit yang berhubungan dengan flu diperkirakan akan terjadi,” kata Badan tersebut, seraya menambahkan bahwa hal itu juga akan menyebabkan kekurangan staf di departemen pemerintah, polisi, dan layanan perlindungan sipil.
Badan tersebut juga mengatakan bahwa selama musim dingin yang berkepanjangan, beberapa orang, terutama mereka yang tinggal di kota, mungkin akan menggunakan perapian di rumah, atau membangun perapian darurat, yang dapat menyebabkan lonjakan kebakaran.
Dalam sebuah video yang dirilis pada Senin kemarin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, sekali lagi, meminta Jerman untuk berhenti membeli energi dari Rusia.
Beberapa politisi Jerman berbagi pendapat. “Saya pikir itu akan sulit, tetapi bisa dilakukan, dan itulah mengapa kita harus melakukannya. Namun sebaliknya, Menteri Ekonomi menyebarkan skenario bencana,” kata Norbert Roettgen, seorang anggota parlemen, kepada wartawan pekan lalu.
Berlin setuju untuk mencari pemasok alternatif dan mencapai kesepakatan untuk mendapatkan gas alam cair dari Qatar minggu ini. Namun, negara itu ragu-ragu untuk menghapus lebih dulu minyak dan gas dari Rusia.
Menteri Ekonomi, Robert Habeck pada pekan lalu memperingatkan bahwa Jerman akan melihat lebih banyak pengangguran dan kemiskinan jika segera menghentikan pasokan gas Rusia.
“Jika kami tidak mendapatkan lebih banyak gas pada musim dingin mendatang dan jika pengiriman dari Rusia harus dihentikan, maka kami tidak akan memiliki cukup gas untuk memanaskan semua rumah kami dan menjaga semua industri kami tetap berjalan,” kata Habeck, pada Senin lalu.
Sementaa itu, Kanselir Olaf Scholz menegaskan pada Selasa kemarin bahwa sanksi adalah “pendekatan yang tepat” dan menekankan bahwa mereka juga harus “dapat menanggung dampak bagi perkembangan ekonomi nasional”.
Presiden AS, Joe Biden akan bertemu dengan para pemimpin Eropa di Brussels pada Kamis besok, saat Gedung Putih bersiap untuk mengungkap sanksi baru, kata Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan. Washington melarang impor energi dari Rusia sejak bulan ini, dan telah lama menekan negara-negara seperti Jerman untuk melakukan hal yang sama.
Moskow menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, dan akhinya Rusia menyatakan pengakuan atas Republik Donbass di Donetsk dan Luhansk. Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di Ukraina.
Rusia telah menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan, menyangkal klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua Republik yang melepaskan diri dengan paksa.